25 January 2010

Mari Efektifkan Waktu dan Kesempatan Sekecil Apapun

Ada hal kecil yang menarik saat mengikuti kegiatan Bupati pada sabtu lalu (23 Januari 2010). Mungkin bagi sebagian orang, hari sabtu adalah hari bersantai dengan keluarga atau sekedar liburan mengisi akhir pekan, bersantai-santai di rumah ataupun berwisata keluar kota membawa sanak keluarga, tak ketinggalan pembantu dan tas ransel makanan pun wajib dibekal. Kalau mau jujur, hal itu cukup tak efektif, begitu bisik Bupati kepada saya ketika memasuki mobil, sabtu pagi itu untuk mengisi pembukaan acara Tabligh Akbar di sebuah yayasan di kelurahan Cipaisan. Dalam agenda pada jadwal yang tertera, Bupati membuka acara Tabligh Akbar pada pukul 08.00 pagi, namun ketika menghubungi panitia acara, ternyata acara belum siap, masih banyak kekurangan, lokasi acara masih sepi pengunjung (hadirin). Padahal jam sudah menunjukkan pukul 8 tepat dan Bupati sudah dalam perjalanan menuju lokasi. Mendapati berita seperti itu, Bupati perintahkan sang nahkoda mobil untuk memutar haluan mobil menuju pasar jum’at. Ada apa gerangan? Apakah bupati menyesalkan karena panitia tidak tepat waktu? Ataukah memang meninggalkan acara tersebut karena harus mengikuti agenda selanjutnya (ya, di agenda selanjutnya Bupati harus melantik Pengurus baru DPD Golkar Kota Banjar pada pukul 13.00 WIB, -mungkin dalam hal ini bukan atas nama Bupati, tetapi sebagai Sekretaris DPD GOLKAR Provinsi Jawa Barat-red). Oh tunggu dulu, ternyata Bupati menuju Pasar Jum’at untuk memesan sebanyak 100 bungkus snack yang akan disumbangkan kepada panitia Tabligh Akbar, “itung-itung menghemat dan mengefektifkan waktu menunggu acara siap, ya apa salahnya kita bershodakoh”, begitu celotehnya. Luar biasa, bagi saya sebagai documenter Bupati, ini merupakan pelajaran berharga, mengefektifkan waktu dan kesempatan diiringi dengan menyisihkan sebagian milik kita. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui, begitu kata pepatah.

Selesai memesan snack, mobilpun berlalu dan menuju lokasi acara. Dalam pikiran saya, mungkin Bupati akan terlambat mengisi acara di Kota Banjar, karena acara di Tabligh Akbar itu, pukul 09.00 baru dimulai. Namun tidak, dengan sigapnya dan beralasan untuk mengefektifkan waktu, Bupati melalui Kasubbag Protokoler Pemkab, Bapak Asep Gumelar meminta agar sambutannya dimajukan. Bupati pun mengisi acara paling awal untuk menyampaikan sambutan dan buah pikirnya sembari sesekali memohon maaf, bahwa dirinya sedang belajar mengefektifkan waktu ditengah-tengah kesibukannya sebagai Bupati dan sebagai Sekretaris DPD GOLKAR Jawa Barat. Hadirinpun memakluminya, seseorang yang hadir dan duduk disamping kanan saya bergumam,”mangga pak Bupati, lajengkeun mudah-mudahan janten Gubernur. Tos ka buktos ku Bapa mah, jalan ka gang ieu oge tos leucir”. Tangan saya yang saat itu memegang senjata andalan, ya sebuah Handycam terasa berdiri bulu halusnya, saking terharu. Mudah-mudahan menjadi sebuah do’a, celotehan orang tersebut, amiiin.

Setelah mengisi acara tersebut, Bupati mampir ke Rumah Dinas di alun-alun, barang sebentar untuk mempersiapkan segala sesuatunya menuju Kota Banjar. Kembali saya tak habis pikir, di Rumdin (sebutan terpopuler untuk Rumah Dinas) ternyata sudah menunggu beberapa pejabat teras pemkab, yakni Kepala Dinas Bina Marga, Inspektorat, dan Kabag Pembangunan.”kok, acara Partai harus bawa Pejabat Pemkab (PNS)” begitu di pikiran saya bergelanyut pertanyaan. Sepanjang perjalanan menuju Kota Banjar, pikiran saya dipenuhi pertanyaan tadi. 4 jam perjalanan cukup melelahkan, tepat pukul 12.47 WIB rombongan sampai di kota Banjar (sebenarnya bukan rombongan, tetapi hanya dua mobil, satu mobil untuk Bupati dan para pejabat pemkab tadi, pengurus DPD Golkar Provinsi dan satu lagi untuk para staf, ajudan dan pengawal pribadi Bupati, termasuk saya, hal ini menurut Bupati sebagai efisiensi dari pemakaian kendaraan biar tidak keluar banyak ongkos). Bupati sekarang resmi disebut sebagai Sekretaris DPD GOLKAR Provinsi Jawa Barat, pikiran saya baru tersadarkan oleh sapaan Wali Kota Banjar, Dr. dr. Herman Sutrisno yang juga ketua DPD Golkar Kota Banjar (ya, orang tua dari sisi umur dan pengalaman ini, yang akan dilantik oleh maaf “Bupati” kita). “Wilujeng Sumping kang SEKJEN di Kota Banjar”, begitu sapaan Wali Kota.

Pertanyaan yang selama perjalanan tadi memenuhi pikiran saya itu, kini telah terjawab. Ya, Bupati sengaja membawa pejabat Pemkab (Kadis Bina Marga, Inspektorat dan Kabag Pembangunan) adalah untuk melakukan studi banding tentang penataan tata ruang kota dan jalan-jalan di Kota tersebut, Bupati menyempatkan bertanya dan berguru kepada Walikota Banjar mengenai keberhasilan Kota tersebut membangun sarana fisik dan mental masyarakatnya. Dalam cerita singkat ini, menggambarkan kepada kita bahwa sekecil apapun kesempatan dan sesingkat apapun waktu yang kita miliki, seyogyanya dapat diefektifkan secara maksimal, tak ada ruang pemisah antara urusan dinas dan urusan kepartaian, selama kita masih bisa me-manage-nya dengan baik. [soem]

22 January 2010

Pendidikan Penuh Cinta, Menumbuhkan Benih-benih Kreativitas

"Pendidikan harus menciptakan anak didik yang inovatif, Sekolah harus mencetak lulusan yang kreatif. Sebenarnya dari keterbatasan kita dalam ekonomi, sesungguhnya disanalah kita mempunyai kelebihan. Kelebihan dari kekurangan kita adalah tuntutan untuk berkreatifitas dalam belajar, tuntutan untuk berinovasi dalam lingkup pemenuhan kekurangan kita. Ketika seorang siswa berlatarbelakang ekonomi tidak mampu, dia akan berkreasi untuk mencukupi biaya Pendidikannya, dia akan berinovasi dalam semangat belajarnya, ketika pagi dia belajar, pulang sekolah berjualan koran atau mencari kayu bakar. Bukan hal yang musykil hal itu terjadi, karena sesungguhnya anak itu kini menjadi seorang Bupati", demikian pernyataan Bupati Purwakarta, H. Dedi Mulyadi, SH dalam rutinitasnya setiap jum'at pagi bertatap muka dengan para pelajar Purwakarta. Seluruh siswa yang hadir ketika itu (SMKN 1 Purwakarta, SMK Purnawarman dan SMAN Cibatu) terdiam membatu, bukan karena tak mengerti. Adalah suatu reaksi yang wajar dan spontanitas dari yang hadir ini, ketika Pemimpin di Kabupatennya memberikan inspirasi tentang Pendidikan yang berasal dari perjalanan hidup bupatinya itu.

Modal kreatifitas yang dibangun sejak bangku Sekolah itu, menjadi modal dasar seorang Bupati muda dalam memimpin daerahnya. kreatifitas kepribadian dan kepemimpinannya itu, tergambarkan dalam sesion tanya jawab yang dilontarkan seorang siswa SMK Purnawarman, Nakila, selorohnya menanggapi Pembangunan yang dilakukan Bupati mulai Pembangunan Jalan Hotmik di pelosok pedesaan dengan sebutan Jalan Leucir, hingga Pembangunan Gapura Kembar (Gapura Indung Rayahu), Pagar Malati dan Atap Julang Ngapak. Komentar Bupati menanggapi pertanyaan itu cukup sederhana, ya... Bupati cukup berbangga, dari sisi pernyataan siswa tadi, menggambarkan Pendidikan telah menciptakan Inovasi berbentuk buah pikir yang terlontar dari mulut siswa SMK Purnawarman. Artinya bahwa, siswa tadi telah melakukan inovasi dan kreasi cara pikirnya mengenai Pembangunan di kabupatennya, sehingga dibenak siswa tadi bergemuruh pertanyaan-pertanyaan, mengapa harus Gapura Indung Rahayu, mengapa harus Julang Ngapak, mengapa juga harus Pagar Malati?? (lebih jelasnya pada tulisan lain).

Namun menurut Bupati, tidak cukup hanya berkreasi dan inovasi. Pendidikan tidak cukup hanya pada batas intelektual, menjadikan anak manusia menjadi cerdas saja tidak akan menghasilkan apa-apa. Ada hal kedua yang harus menjadi pertimbangan Pendidikan kita, yaitu nilai-nilai rasa. Nilai rasa adalah mencoba untuk memengaruhi nilai-nilai intelektual agar seluruh imajinasi intelektualnya ada nilai-nilai keindahan yang dipenuhi rasa cinta. Salah satu nilai rasa adalah imajinasi, melalui imajinasi seseorang dapat menembus apa yang semula tidak mungkin. Imajinasi sangatlah penting bagi proses kreatif, sementara intelektualitas memikirkan "Bagaimana caranya"?, Imajinasi memberikan gambaran mengenai "apa jadinya"? apa yang dipikirkan itu dimasa depan (Kang Dedi Mulyadi, Mengayuh Negeri Dengan Cinta, 2009). Jika dimisalkan, seorang siswa SMP yang akan melanjutkan ke jenjang Sekolah Kejuruan, tentunya memikirkan nilai-nilai intelektual yang mendukung pada dirinya. Jurusan apa yang sesuai dengan kemampuan intelektualitasnya, dan nilai-nilai rasa akan memengaruhi pilihan intelektualnya, jika yang dipilih jurusan Mesin (sebagaimana kecenderungan intelektualnya), apakah dikemudian hari siswa itu dapat menggunakan kemampuan permesinannya sesuai kebutuhan di masyarakat atau apakah dengan memiliki kemampuan permesinan dia akan menghidupi istri dan anak-anaknya kelak (dengan didasari nilai-nilai rasa dan kecintaan), ini semua adalah imajinasi yang penuh cinta dan membutuhkan kreatifitas. Begitu pula, kecintaan seorang Bupati pada rakyat yang dipimpinnya, "menjerumuskannya" pada semangat berkreasi membangun Kabupaten yang dipimpinnya.

Hening di ruangan Wikara I Pemkab Purwakarta begitu terasa, padahal sekitar 200 siswa menyesaki ruangan tersebut. Pemaparan dan penegasan Bupati yang penuh cinta itu, mungkin menghantarkan anak-anak yang hadir berimajinasi ke alam bawah sadarnya. Mereguk Pendidikan Cinta itu, menghanyutkan mereka pada imajinasi berkreatifitas dan berinovasi. Begitu pula, seseorang yang berdiri di belakang mereka, dokumenter Bupati (kamerawan) yang berimajinasi untuk membuat tulisan ini, yang akhirnya dapat dinikmati penuh cinta oleh pembaca semua. [soem]