tag:blogger.com,1999:blog-42198086051058938592024-02-19T23:39:23.563+07:00H. Dedi Mulyadi, SHDedi Mulyadihttp://www.blogger.com/profile/12372098011409122347noreply@blogger.comBlogger14125tag:blogger.com,1999:blog-4219808605105893859.post-48084893680758724922013-04-23T17:10:00.002+07:002013-04-23T17:10:29.471+07:00Saya Cemburu Pada “Emi” (Bagian-1)<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span lang="IN" style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%;">Saya Cemburu Pada “Emi”</span></b><b><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US;"> (Bagian-1)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Sebuah judul yang
Idiom, atas realita dan nilai filosofi historis pembangunan yang dilakukan kang
dedi mulyadi sebagai bupati di purwakarta. Kata “cemburu” pada judul diatas
bukan mengandung arti negatif atas sikap penulis terhadap “Emi” sebagai sebutan
akrab kang dedi terhadap Ibundanya Almarhumah Ibu Carsiti. Lalu ada hubungan
apa antara Penulis sebagai tim dokumentasi bupati, dengan Almarhumah “Emi”
Carsiti atas pembangunan selama ini yang dilakukan kang dedi mulyadi dalam
memangku jabatannya sebagi bupati purwakarta. Sehingga penulis menaruh
perhatian pada diri “Emi” Carsiti yang menyimpulkan mengidiomkan sikap penulis
sebagai rasa “Cemburu” terhadapnya. Alhasil dari sikap “Cemburu” penulis ini,
diharapkan memberikan ruh ghirah (semangat) bagi penulis termasuk para pembaca,
agar bisa seperti figur “Emi” dalam pikirannya bupati. Figur “Emi” dalam hal
ini adalah sikap dan pikiran-pikiran “Emi” dalam membesarkan dan menghidupi 9
anaknya termasuk bupati, walau dalam kondisi ekonomi keluarga yang serba
terbatas. Mungkin sikap dan pikiran “Emi” inilah yang terus membekas dalam
ingatan kang dedi, yang atas dasar itu menjadi sebuah spirit kang dedi dalam membangun
di Kabupaten Purwakarta tercinta ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Kesimpulan dari
pengambilan judul diatas, tak terlepas dari proses perjalanan pemikiran kang
dedi mulyadi dalam memaknai pembangunan yang dilakukannya selama ini, yang
merupakan pengejawantahan dari sikap dan pemikirannya atas sosok Ibundanya
“Emi” Carsiti. Bukan hanya berhenti pada pemikiran saja, berbagai langkah yang
diambil terkait mewujudkan pembangunan yang dilakukannya di Purwakarta,
ternyata banyak belajar dari figur sang Ibunda tercintanya “Emi” Carsiti.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Pelajaran Pertama dari Emi<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Salahsatu contoh
kongkrit dari langkah pembangunan yang merupakan manifestasi “Emi” Carsiti yang
dilakukannya adalah Langkah kebijakan paling awal yakni reformasi pengelolaan
keuangan APBD Purwakarta yang ada tanpa memperhitungkan Pendapatan. Artinya,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) bukan menjadi tolok ukur pertama dalam </span>membantu keuangan daerah yang berkaitan dengan <span lang="IN">mengeluarkan kebijakan pembangunan untuk rakyat. Tetapi kondisi APBD
secara umum yang ada pada saat itu, dilakukan reformasi anggarannya. Reformasi
anggaran </span>tersebut<span lang="IN"> dengan lebih banyak melakukan pemangkasan-pemangkasan anggaran pada
pos-pos anggaran untuk belanja kantor dan belanja pegawai, sementara hasil
pemangkasan pada pos anggaran belanja kantor dan belanja pegawai itu, dimasukan
pada pos belanja publik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Berbagai
pemangkasan anggaran pada belanja kantor dan pegawai bisa kita lihat pada kode
rekening untuk pengadaan Alat Tulis Kantor yang dipangkas sekecil mungkin,
belanja kertas, belanja untuk bayar telephon, membayar listrik di sekretariat
daerah, belanja untuk membayar media cetak koran dan elektronik dipangkas,
belanja untuk operasional kendaraan dinas, dan berbagai belanja kantor yang
tidak terlalu penting manfaatnya secara keseluruhan dipangkas sekecil mungkin.
Kemudian pada pos anggaran belanja dinas pegawai, termasuk perjalanan dinas
dipotong, honorarium kegiatan ditiadakan, dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya
pelatihan kepegawaian pun tak lepas untuk dipangkas anggarannya. Seluruhnya
hasil pemangkasan pada pos anggaran belanja kantor dan anggaran belanja pegawai
itu, didapatkan anggaran yang maksimal untuk dimasukan pada belanja publik.
Kesimpulan pada langkah kebijakan awal ini, adalah seberapa pun anggaran yang
ada, seyogyanya dimanfaatkan pada prioritas pembangunan yang memang dibutuhkan
untuk rakyat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Inilah filosofi
pembangunan pertama kali yang kang dedi dapatkan dari Ibundanya. Seperti cerita
masa kecilnya </span>yang sempat ia
sampaikan dalam beberapa kesempatan dan itu penulis dokumentasikan dengan baik.
salahsatunya adalah kesempatan memberikan sambutan pada acara maulid Nabi
Muhammad SAW yang digelar Ibu-ibu Pengajian AlHidayah Kecamatan Bojong pada
musim maulid 1433 H (tahun 2011). Dalam kesempatan itu, kang dedi membeberkan
pengalaman masa kecilnya yang syarat dengan nilai kultur masyarakat dan
berkaitan dengan kebijakan yang diambilnya dalam mengelola keuangan pemerintah
daerah. Ceritanya, pernah suatu ketika beliau yang anak bungsu di keluarganya
ini, yang saat itu masih berusia 5 tahun, diajak Ibundanya pergi ke undangan
pernikahan tetangga. Suasana tempat hajatan tentu sangat riuh dengan para
undangan termasuk adanya beberapa pedagang jajanan anak. Dedi kecil menangis
dan menginginkan balon saat melihat balon dijajakan pedagangnya. Ibundanya tak
langsung marah, mensiasati anaknya agar mengurungkan niatnya untuk membeli
balon dengan beralasan bahwa nanti penjual balon masih ada di pertigaan jalan.
Lalu dedi kecilpun menuruti perkataan Emi nya, berharap dapat dibelikan balon
di pertigaan jalan nanti. Lagi-lagi dirinya harus mendapatkan kekecewaan, atas
apa yang dijanjikan Emi nya saat berada di pertigaan jalan dan sepanjang jalan
menuju rumahnya. Dimana Ibundanya bukan membelikan dedi balon, malah berkelit
mencari-cari alasan agar dedi urung untuk memiliki balon. Yang namanya seorang
anak kecil, dedi pun tak serta merta menerima alasan yang dilontarkan Emi nya.
Tangisan pun menggelegar tatkala sampai rumah, balon yang dijanjikan, tak
kunjung dibelikan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dari kisah ini, dirinya paham betul maksud Ibundanya, dan yang paling
berkesan dalam ingatannya saat Ibundanya dengan sabar menasehati dedi kecil
yang sedang menangis itu dengan argumentasi yang lugas, “<i>Ded, sanes Emi alim meser balon. Upami artos ieu dipeserkeun balon, engkin
si Teteh moal tiasa sakola</i> (Ded, bukannya Emi tidak mau beli balon. Kalau
uang ini dibelikan balon, nanti kakak kamu tidak bisa sekolah)”, sederhana dan
tentu tajam maknanya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hingga berkali-kali, dari satu panggung ke panggung acara lainnya, kang
dedi selalu memberikan spirit pengelolaan keuangan di Kabupaten Purwakarta
dengan kisah masa kecilnya ini. Artinya betapa pentingnya pengalaman itu bagi
dirinya dalam mengelola anggaran di Pemkab Purwakarta. spirit tersebut, adalah
mengelola anggaran Pemerintah Daerah tak ubahnya dengan mengelola keuangan
rumahtangga dalam sebuah keluarga. Prinsip yang paling penting adalah,
pengelolaan keuangan itu harus bisa mementingkan dulu kebutuhan setiap anggota
keluarga, dengan berdasar pada skala prioritas kepentingannya. Sekiranya
pengeluaran untuk sesuatu itu tidak terlalu penting, maka cukuplah pengeluaran
itu untuk hal-hal yang lebih penting terlebih dahulu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada cerita ini pula, Kang Dedi memaknai betapa pentingnya pengorbanan
seorang pemimpin suatu keluarga dalam hal ini sosok Ibu, agar para anggota
keluarga (anak-anak)-nya dapat menatap masa depannya dengan semangat dan
potensi dari diri anak-anak itu, tanpa harus memikirkan beban resiko ekonomi
yang dihadapinya. Biarkanlah pemimpin yang menanggung seluruh resiko biaya
ekonomi itu, asalkan anggota keluarganya, asalkan rakyatnya dapat hidup tenang,
damai tanpa takut suram masa depannya. Pemimpin harus bisa seperti figur Ibu,
Emi yang selalu mendahulukan makan anak-anaknya, walau dirinya harus gigit jari
melihat lahapnya anak-anak makan. Ibu yang harus selektif setiap pengeluaran
yang dibutuhkan dalam keluarga, walau pemasukan dari sang ayah tak terlalu
besar. Pada kondisi yang demikian itu, maka dibutuhkan figure Ibu yang harus
menyebarkan rasa Cinta pada anggota keluarganya. Rasa cinta yang menumbuhkan
sikap selektif dalam pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan yang lebih penting.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Pelajaran Kedua Dari Emi<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Masih tentang cerita singkat kang dedi pada masa kecilnya itu. Ternyata,
bagi dirinya cerita itu menyimpan rasa cinta yang amat mendalam dari sosok Emi.
Rasa cinta Emi yang memberikan pelajaran berharga, bahwa Cinta sejatinya bukan
untuk memanjakan objek yang kita cintai. Cinta bukan sekedar memberikan balon
agar orang yang kita cintai bisa menghapus air matanya. Tetapi cinta seyogyanya
harus memberikan penghargaan pada proses, cinta dihadirkan pada saat-saat sulit
sekalipun. Emi yang begitu sangat mencintai 9 anaknya, tak serta merta
mencurahkan cintanya dengan memanjakan anak-anaknya. Cinta Emi tak serta merta
dengan membelikan balon agar dedi kecil berhenti menangis.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tapi cinta Emi, adalah anugerah yang paling berharga bagi kang dedi
dalam ikhtiar dan proses yang beliau lakukan sejak kecil hingga saat ini.
Ikhtiar dirinya untuk menggembala domba dari cincin yang dijual Ibundanya. Dan
cinta Emi pun hadir dalam proses pembangunan yang sedang dilakukannya di
Purwakarta tercinta ini. Cinta Emi yang hadir saat ini, adalah pelajaran
menghargai proses. Kebijakan perlindungan jaminan asuransi kesehatan dan
kematian bagi warga di Purwakarta, adalah salahsatu Cinta Emi menghargai proses
anak-anaknya. Pun begitu, kang dedi sangat mencintai warganya dengan
mengekspresikan cintanya melalui kebijakan perlindungan asuransi kesehatan dan
kematian bagi warga. Cinta kang dedi kepada warganya bukan dengan memanjakan
warga melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan semacamnya misalkan. Karena jika
yang dilakukan itu, berarti kang dedi tidak menghargai ikhtiar dan proses warga
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Yang ada, warga dimanjakan dengan nilai uang
yang diberikan langsung. Lambat laun, etos kerja warga akan terkikis habis
menjadi kemalasan-kemalasan, sebab nilai ikhtiarnya sudah digantikan dengan
bantuan langsung tunai dan semacamnya. Inilah cinta yang salah kaprah
menurutnya, dan tidak sesuai dengan cinta Emi yang beliau dapatkan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sementara jika yang diambil adalah kebijakan asuransi perlindungan
kesehatan dan kematian bagi warga, disini kang dedi sangat menghargai proses
yang dilakukan warganya. Artinya, cinta kang dedi tidak serta merta
mengintervensi ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan rakyat. Silahkan rakyat menikmati
proses bekerjanya dalam memenuhi kebutuhan rumahtangga di keluarganya,
sementara pemerintah memberikan kenyamanan lebih, bagi rakyatnya dalam bekerja
dengan jaminan kesehatan dan kematiannya. Rakyat tidak lagi dihantui rasa takut
akan sakit dan mati, karena 2 hal ini adalah diluar jangkauan manusia. Yang
penting bagi kita adalah harus terus bekerja dan berproses. Sekiranya saat
musibah datang, sakit atau meninggal, keluarga dapat terbantukan dengan biaya
perawatan dan pengurusan jenazah melalui klaim asuransi dari program
perlindungan ini.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
***Bersambung***<o:p></o:p></div>
Maksum Kosasihhttp://www.blogger.com/profile/07004340640610705875noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4219808605105893859.post-85053502119734655962013-03-13T11:12:00.001+07:002013-03-13T11:12:32.367+07:00"Si Bedas" Yang Ikhlas<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Berlin Sans FB","sans-serif"; font-size: 14.0pt; line-height: 115%;">“Si
Bedas” Yang Ikhlas<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Berlin Sans FB","sans-serif"; font-size: 14.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kisah yang akan kita angkat kali
ini mungkin tidak begitu menjadi sesuatu yang “wah” bagi para pembaca, karena sepintas
cerita ini adalah pengalaman Bupati Purwakarta kang H. Dedi Mulyadi, SH pada
satu moment kegiatan. Untuk itu penulis ingin mencoba memberikan penjelasan
pada secarik kisah 20 menit bupati pada moment kegiatan ini, dengan membeberkan
keterkaitan kisah 20 menit itu dengan kisah-kisah sebelumnya. <span lang="FI">Sehingga cerita ini, ternyata memberikan pelajaran
berharga bagi kita untuk meneladaninya. Terlepas pada jabatannya sebagai seorang
Bupati, sosok Dedi Mulyadi benar-benar peka terhadap perasaan dan kondisi
psikologis seseorang. Kesimpulan ini penulis buat atas beberapa kisah hingga
runtutan kisah yang saling melengkapinya, sehingga subjektifitas pembaca
memandang figur dedi mulyadi bisa menjadi objektif, sebagaimana objektifnya
penulis alami dari tahun ke tahun (sejak 2009) ketika sejak awal penulis mengikuti
berbagai kegiatan beliau sebagaimana tugas penulis sebagai tim documenter
Bupati Purwakarta.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="FI"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kita awali kisah ini dari
perjalanan Bupati Purwakarta mengikuti acara Maulid Nabi Muhammad SAW 1433 H,
tepatnya sabtu malam (04 Februari 2012) di
Desa Cirangkong Kecamatan Cibatu. Sebagai seorang Bupati tentu dirinya wajib
untuk menghadiri undangan berbagai event yang digelar oleh warganya, termasuk
acara sabtu malam itu. Awalnya tak ada yang aneh saat datang ke acara itu,
hanya saja, memang Bupati datang paling malam sekira pukul 23.00 WIB dimana
saat itu sedang berlangsung acara inti yakni tausiyah Maulid Nabi. Kedatangan bupati
yang larut malam bukan tanpa alasan, sebab beliau sebelumnya telah menjelajah
di tiga tempat berbeda dengan acara yang sama, yakni di Masjid Alhikmah Desa
Ciwangi Bungursari, PonPes Ar Rosyadiyah Desa Bungursari, dan di Masjid Jamie
At Taubah RW 09 Perum Griya Ciwangi Desa Ciwangi Kecamatan Bungursari. Kegiatan
malam hari seperti itu, di bulan Maulid ini sudah menjadi kebiasaan bagi
dirinya, karena hal ini beliau manfaatkan untuk memberikan sambutan tentang
program pembangunan purwakarta, termasuk ketika sambutan di desa cirangkong
tersebut.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sesaat setelah tausyiah mauled
selesai dibawakan penceramah, selanjutnya MC mempersilakan bupati untuk
memberikan sambutannya. <span lang="FI">Bupati pun
kemudian beranjak dari tempat duduk dan memulai sambutan. Seperti di tiga
tempat sebelumnya, tak ada yang beda apa yang diutarakan bupati kala itu,
penulis pun yang sedang standby merecord dan memegangi handycam tak begitu
focus pada apa yang disampaikannya. Namun, baru saja bupati memberikan sambutan
pada menit ke tiga, seperti yang tertera di timer handycam penulis, bupati
dengan gaya bahasanya yang cukup dapat dimengerti kalangan masyarakat dan
sesekali bercanda itu, langsung menunjuk seseorang yang berada tepat disamping
penulis sambil berucap,”Kumaha domba geus anakan?”, tanpa jeda setelah
pertanyaan dilontarkan bupati, sumber suara dari orang disamping penulis
menjawab dengan lantang,”Geus anakan pa”. kejadian itu menghentakkan pikiran
penulis, pertanyaan pun muncul dibenak penulis, dari pertanyaan siapa orang
yang dimaksud, apakah bupati pernah bertemu sebelumnya dengan orang tersebut,
hingga keterkaitan apa sehingga bupati menyapa orang itu dengan pertanyaan yang
seolah-olah menanyakan sesuatu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="FI"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="FI">Pertanyaan yang menumpuk dipikiran penulispun sekejap hilang, saat orang
yang ditanya menghampiri bupati diatas panggung. Ya, ternyata orang dimaksud
adalah “si Bedas”, seseorang yang pernah dipanggil bupati keatas panggung saat
acara gempungan di desa cirangkong 6 bulan kebelakang. Penulis hanya bisa
menyebutkan nama samarannya “si Bedas”, karena sampai saat ini nama asli orang
tersebut benar-benar lupa untuk diingat penulis. Nama “si bedas” masih begitu
akrab untuk penulis, sebab setelah kegiatan gempungan itu, penulis ditugaskan
bupati untuk membuat scenario cerita film documenter terkait orang tersebut.
Dan bupati pun memberikan judul film itu dengan judul “si Bedas”, menceritakan
kehidupan dia sesuai kisahnya yang diceritakan saat dipanggil bupati di acara
gempungan itu. “si Bedas” adalah sosok pemuda desa usia 30 tahunan, dengan
postur tubuh tinggi besar, belum menikah dikarenakan memiliki IQ dibawah
rata-rata, namun semangat hidupnya sangat besar, kesehariannya bekerja sebagai
kuli pikul bagi mereka yang membutuhkan tenaganya. Sementara kekurangannnya
sebagai pemuda keterbelakangan mental, sering dimanfaatkan sebagian warga untuk
sekedar mengerjainya, tak jarang pula ada yang mencuri uang hasil jerih
payahnya bekerja kuli panggul, tapi tak sedikitpun rasa dendam di diri seorang
si bedas. Namun Inilah yang menjadi ketertarikan bupati terhadap diri seorang
“si Bedas”. Menurut bupati, keikhlasan si Bedas harus dicontoh bagi masyarakat,
bekerja tanpa pamrih, selalu semangat dalam mengisi hari-harinya, padahal dari
segi mental ada kekurangan, inilah sebenarnya kesalehan social seseorang. Dalam kesempatan gempungan enam bulan
kebelakang itu, semakin jelas dalam memory penulis, bupati memberikan 5 ekor
domba bagi “si Bedas” untuk diternak sebagai tambahan modal ekonominya. Cerita
“si Bedas” 6 bulan kebelakang, selesai
setelah berakhirnya shooting film documenter kisah hidup “si Bedas” yang
diakhiri pemberian 5 ekor domba oleh bupati.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="FI"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sambil mengingat memori cerita 6
bulan kebelakang itu, penulispun terus me-record menggunakan handycam,
menyaksikan langsung “si bedas” menceritakan kembali kisah domba pemberian
bupati itu kepada si pemberinya (bupati-red). ”pa, domba teh ayenamah geus jadi
sapuluh, nuhun pa” cetusnya sambil tersenyum lebar. Pernyataan yang singkat
itu, tentu membuat bangga bukan hanya bupati, termasuk penulis dan yang hadir
pada saat mauled itu. Tak terasa air mata bahagia tampak berbinar di mata
bupati. Perasaan bupati, termasuk perasaan penulispun akan sama dengan warga
yang tahu betul keterkaitan cerita 6 bulan kebelakang dengan yang kala itu
terjadi. Ya, waktu 6 bulan sejak gempungan itu, “si Bedas” tentu menggembalakan
5 ekor domba pemberian bupati dengan baik, sehingga dombanya beranak pinak
hingga menjadi 10 ekor. <span lang="IN">“</span>Sikap
amanah yang patut dicontoh<span lang="IN">”</span>,
lagi-lagi bupati memuji “si Bedas”. Bupati pun dengan penuh penasaran terus
menginterogasi “si Bedas”, dari pertanyaan seputar domba hingga pertanyaan
status si bedas yang dahulu masih bujangan. “aduh pa, teacan wae kenging
jodona. Teaya nu bogoheun meureun”, seloroh si Bedas, yang diikuti gelaktawa
hadirin. <span lang="FI">Kepolosan “si Bedas” menjawab
berbagai pertanyaan Bupati, memberikan suasana penuh canda kala itu. Namun
juga, jawaban polos tersebut memberikan tauladan sebenarnya bagi yang hadir.
Sebab jika dirunut pada cerita saat gempungan lalu, dengan saat mauled itu, si
bedas telah memperlihatkan konsistensi dan komitmennya dalam bekerja keras
penuh keihklasan. Hal itu terungkap dari cerita yang ia sampaikan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="FI"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="FI">Menyikapi sosok “si Bedas”, Bupati menegaskan kepada hadirin, bahwa
sebenarnya sosok seperti inilah yang patut kita contoh. Selama ini kita sering
salah menilai orang, dalam istilah sunda, “kabobodo tenjo kasamaran tingal, nu
lain di enya-enya, nu enya di lain-lain”. Tak jarang, ketika kita mencari orang
yang shaleh, kita sering terjebak pada sikap shalehnya seseorang yang
diperlihatkannya. Tetapi yang sebenarnya, orang shaleh adalah orang yang tidak
banyak menuntut, dia bekerja dengan ikhlas, penuh kesungguhan, tidak
menyalahkan dan membicarakan orang, ditipu orang tapi tidak dendam. Dan sosok
si Bedas telah membuka mata hati kita, bahwa sesungguhnya orang shaleh itu
mungkin saja ada pada dirinya. Lebih jauh, bupati menegaskan, dalam tataran
keilmuan sufistik atau kaum tasawuf, yang disebut keshalehan itu, dalam istilah
sunda “Nyumput Buni ti nu caang”, dalam arti</span><span lang="IN">an, bahwa yang shaleh itu</span><span lang="FI"> sebenarnya ada dan nyata ditengah-tengah kita,
namun mata hati kitalah yang tertutup. Seorang Bah Pian (almarhum) yang tinggal
di Tanjung Rasa, yang kesehariannya sebagai tukang bersih-bersih di Masjid
(marbot masjid), menjadi seseorang yang </span><span lang="IN">begitu </span><span lang="FI">dihormati oleh
para kyai-kyai besar. Artinya dari kisah ini, mungkin saja orang yang tidak
banyak bicara itu shaleh, yang tidak membaca buku itu juga shaleh, tetapi dia
shaleh dalam membaca diri dan kehidupannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="FI"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="FI">Dibagian akhir, yang tak kalah memberikan tauladan, mungkin tauladan bagi
penulis dan Bupati (disini penulis hanya menegaskan pada diri penulis dan
bupati, sebab cerita mauled di bagian akhir ini memperlihatkan tingkah “si
Bedas” yang sama persis dengan pengalaman diri Bupati waktu kecil menggembala
domba, dan ini tidak diketahui oleh jamaah yang hadir waktu itu). “si Bedas”
dalam setiap menggembala dombanya, sering mengisi waktu menunggui ternaknya
dengan mendengarkan radio kecil yang ia punyai. Sambil mengeluarkan radio dari
dalam saku celananya kemudian memperagakan menghidupkan radio itu di depan
Bupati. Dengan kepolosannya, “si Bedas” lagi-lagi memperlihatkan semangat
hidupnya yang tak kenal lelah. Detik berikutnya, bupati tampak benar-benar
mengeluarkan air matanya. Bupati berjanji akan memperhatikan si Bedas, mulai
membuatkan rumah hingga nanti jika ada jodohnya, resepsi pernikahannya akan
digelar Bupati.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="FI"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="FI">Rasa haru bercampur canda menghiasi suasana mauled kala itu, tak terasa air
mata pun membasahi LCD Handycam yang penulis pegang. </span>Pengalaman yang penuh
tauladan. [soem]</div>
Maksum Kosasihhttp://www.blogger.com/profile/07004340640610705875noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4219808605105893859.post-81000012981199383392013-01-11T13:28:00.003+07:002013-01-11T13:28:55.353+07:00Kilas Balik Program "GEMPUNGAN DI BURUAN URANG LEMBUR"<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="text-align: justify;">“Hingar bingar” Pemerintah
Kabupaten purwakarta saat ini dalam memberikan Pelayanan Publik kepada warganya
dalam kemasan Gempungan di Buruan Urang Lembur, tak terlepas dari pengalaman sosok
kang Dedi Mulyadi, dalam menapaki perjalanan jabatannya sebagai bupati di
Purwakarta. selain mengambil peran sebagai sosok “Bapak Pembangunan” karena berbagai
keberhasilannya membangun infrastruktur, baik jalan, jembatan, listrik gratis
bagi warga, air bersih, penataan ruang kota dan berbagai kebijakan
infrastruktur lainnya. sosok kang dedi juga, ternyata lebih terkesan mengambil
peran sebagai “pesuruh” dan “pelayan” yang senantiasa menyempatkan diri untuk
melakukan transformasi informasi dengan rakyatnya sebagai “raja”. Ya, menurut
kang dedi, hakikatnya seorang pemimpin daerah adalah pelayan yang siap sedia
melayani berbagai kebutuhan rakyatnya. Pelayanan yang baik adalah dengan
terlebih dahulu melakukan transformasi informasi, sejauhmana keinginan dan
kebutuhan yang mendesak dari “raja” itu, untuk selanjutnya dicarikan solusi
dengan cara kerja-kerja kongkrit penyelesaiannya. Adapun bentuk transformasi
informasi yang dilakukan kang dedi, yaitu dengan menggelar pertemuan langsung
dengan warga desa, dalam tajuk gempungan di buruan urang lembur, yang digelar
awalnya setiap rabu sore.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="text-align: justify;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Proses perjalanan Gempungan sejak
akhir tahun 2009 hingga saat ini, bagi penulis adalah suatu rekam jejak bupati
yang konsisten dan terencana dengan baik, dimana pada hakikatnya pembangunan yang
baik adalah berawal dari adanya Input kemudian diproses dan dihasilkan output,
namun tidak berhenti pada output saja, tetapi secara jangka panjang memberikan
outcome yang menyeluruh bagi proses pembangunan itu. Inilah yang penulis dapat
simpulkan dari format acara Gempungan di Buruan Urang Lembur yang digagas
bupati. Karena inputnya sudah jelas dapat diambil dari berbagai masukan yang terjadi
dalam transformasi informasi itu, kemudian diproses dan ditindaklanjuti dengan
berbagai pelayanan publik yang terintegrasi antara kebutuhan kependudukan,
kesehatan, KB, Pendidikan, perizinan, peternakan, pertanian dan sebagainya yang
dipusatkan disatu desa. Pada jangka pendek, hal ini akan menghasilkan (output) pengolahan
data kependudukan yang tertib, pelayanan-pelayanan kesehatan, peternakan dan
lainnya yang mudah didapatkan dan gratis. Nah, pada jangka panjang, gagasan
gempungan ini, bagai bayi yang lahir yang kemudian tumbuh dewasa mencipta dan
menelurkan jutaan ide dan mimpi tentang pembangunan yang bersinergi dengan alam
dan lingkungan. Inilah buah akibat dari transformasi informasi yang sejak awal
dibangun bupati, sehingga menelurkan berbagai kebijakan baru, Asuransi Pekerja
Sosial bagi guru ngaji, dukun beranak (Paraji), kader posyandu, RT RW, linmas,
pengurus masjid dan pekerja social lainnya. kemudian kebijakan Asuransi Pekerja
Informal bagi warga yang bekerja selain PNS, TNI, POLRI dan pegawai swasta,
termasuk Wanita Tuna Susila (WTS) sekalipun dilindungi kesehatan dan
kematiannya oleh kebijakan ini. Dan berbagai kebijakan yang senantiasa
memberikan kemudahan dan perlindungan bagi seluruh warga purwakarta.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Untuk membedah dan memberikan
informasi bagi para pembaca, penulis ingin mencoba bercerita mengenai awal
gempungan yang dilaksanakan bupati hingga gempungan-gempungan berikutnya,
sebagai runtutan kegiatan yang berkesinambungan. Sehingga apa yang dapat
penulis simpulkan tentang gagasan bupati terkait gempungan ini, yakni sebagai
perjalanan panjang dari rekam jejaknya yang konsisten dalam mengeluarkan dan
melaksanakan berbagai kebijakan pembangunan yang berpihak pada rakyat, yang itu
semua berdasar pada adanya transformasi informasi yang dibangun dan bersinergi
dengan alam dan lingkungannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Cerita tentang gempungan ini kita
awali pada akhir tahun 2009, ide Gempungan di Buruan urang Lembur, dituangkan
bupati saat mengunjungi salahsatu desa yakni desa cikadu kecamatan cibatu. Desa
cikadu merupakan desa paling timur di kabupaten purwakarta dan berbatasan
langsung dengan kabupaten subang. Saat itu, gempungan dikemas hanya sebagai wadah
tempat berkeluhkesahnya warga kepada pemerintah daerah. Ditempatkan disuatu
halaman rumah warga yang luas, warga bisa bertatap muka langsung dengan bupati
serta pejabat pemkab lainnya, termasuk para wakil rakyat. Kegiatannya digelar
pada sore hari. Dalam gempungan tersebut, banyak terserap informasi berbagai
bentuk permasalahan di tingkatan warga di pedesaan, mulai permasalahan jalan
desa, irigasi, persediaan air bersih warga, termasuk berbagai macam persoalan
kesehatan dan masalah social lainnya. pengalaman hari pertama “kegiatan
gempungan”, menyimpan PR bagi pemkab dalam merespon berbagai persoalan itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada rabu berikutnya, gempungan
digelar di kampung siluman, desa cijunti kecamatan campaka. Lagi-lagi bupati
dipertontonkan dengan berbagai macam persoalan pelik yang dialami warga disana.
Kali ini, bupati lebih melihat permasalahan pribadi dari sosok seorang dukun
beranak, atau Mak Paraji yang sengaja dipanggil mendekati bupati untuk
menceritakan pengalamannya selama membantu proses persalinan warga. Sebagai
seorang “bidan” kampung yang membantu proses persalinan warga yang rata-rata
miskin, mak paraji dengan sukarela membantunya, tak tebang pilih, tak hiraukan
kondisi cuaca, mau hujan mau panas, siang ataupun malam, yang ada dalam pikiran
mak paraji, bagaimana dirinya bisa membantu proses persalinan warga yang
membutuhkan profesinya itu. Karena dirinya meyakini, bagaimana seorang ibu yang
akan melahirkan begitu sangat merasakan sakit yang luar biasa. Kedekatan “rasa”
dan “perasaan” antara Ibu yang melahirkan dengan mak paraji itulah, yang
tergambar dalam pikiran bupati.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Punlebih jauh, jika merunut apa
yang dialami gejolak ikatan ruhaniah dan perasaan yang sama antara mak paraji
dengan Ibu yang melahirkan, seyogyanya hal itu menjadi cermin bagi Pemerintah dalam
mengejawantahkan program dan kebijakannya yang harus menjadi satu kesatuan
ruhaniah antara rasa dan perasaan warga dengan pemilik kebijakan program itu,
yakni pemerintah daerah. Artinya, seberapa dekatkah ikatan rasa yang dibangun
pemerintah yang diwujudkan dalam kebijakan dengan warga sebagai sasaran program
itu. Ikatan ruhaniah antara warga dan pemerintah itulah yang seyogyanya harus
menjadi spirit pembangunan. untuk itu, dalam mendekatkan rasa dan ruhaniah
pemerintah dengan warganya, langkah awal adalah melakukan transformasi
komunikasi ruhaniah yang diwujudkan dalam acara gempungan.
Pendekatan-pendekatan cultural seperti gempunganlah yang harus dilakukan
pemerintah. Artinya, gempungan yang digelar sebagai wadah transformasi
informasi warga kepada pemerintahnya, tidak serta merta sebagai program yang
parsial, yang incidental hanya life service semata pemerintah tanpa ada tindak
lanjut. Tetapi, gempungan pada sore hari itu harus menjadi langkah awal untuk
melakukan program kebijakan pemerintah yang berpihak kepada rakyat yang
didasari ikatan emosial diantara keduanya, bukan sekedar formalitas kegiatan
belaka. Untuk itu, dasar2 informasi yang diperoleh Pemerintah dari warga
melalui gempungan, menjadi prioritas pembangunan yang dirasa objektif untuk
dilakukan pembenahan dan tindak lanjut.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sisi lain dari program gempungan
pada sore hari itu, adalah pentingnya mempersiapkan generasi muda sebagai
pewaris kehidupan ini yang siap mental dan siap secara ekonomi. Agar kedepan,
negara bisa dibangun oleh piranti-piranti ekonomi rakyat yang mapan dan piranti
ruh etos kerja yang tinggi. Hal inilah yang didapat bupati saat gempungan
minggu ketiga digelar di Desa Mulyamekar kecamatan Babakancikao. Dimana pada
saat itu, bupati memanggil “Si Karna” seorang anak kecil usia 9 tahun, yang
tidak sekolah tetapi semangat hidupnya tinggi. Malah yang lebih menusuk dunia
pendidikan kita, pernyataan polos anak kecil itu, yang lebih memilih “Macul”
atau mencangkul untuk bertani daripada harus sekolah, lebih baik mengisi
hari-harinya menggembala domba dan beternak Bebek, daripada menghabiskan waktu
untuk jajan disekolah. Sungguh pemandangan yang kontras penuh makna, dan tentu
menyimpan cerita unik di benak bupati dan inspirasi yang penting untuk
dijadikan kebijakan lanjutan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Gempungan selanjutnya terus
berjalan sebagaimana jadwal yang telah ditentukan. Namun penulis dapat menyimpulkan
ada 3 (tiga) hal penting yang itu ternyata direspon oleh bupati dan perlu
ditindaklanjuti. Pertama, berbagai masukan dari warga di acara gempungan terkait
kebutuhan-kebutuhan publik yang mendesak dan perlu segera dilakukan
pemecahannya, baik pemecahan yang sifatnya jangka pendek maupun jangka panjang.
Kedua, pengalaman karier pekerja-pekerja social, seperti mak paraji, Linmas dan
sebagainya ternyata memerlukan perhatian serius bagi pemerintah. Inspirasi mak
paraji sebagai pekerja social yang ikhlas membantu proses persalinan warga,
sehingga melahirkan penyatuan ruhaniah diantara keduanya itu, patut dicontoh
sebagai pondasi penyatuan ruh keberpihakan kebijakan pemerintah pada rakyat.
Dan terakhir, pengalaman-pengalaman unik dan ringan yang dipertontonkan bupati
saat memanggil sosok orang disekitar kita yang dianggap martabatnya rendah, seperti
halnya cerita “si Bedas” pada tulisan lain, dan “Si Karna” seorang anak yang
tidak sekolah itu, justru dari mereka lah kita bisa belajar menghargai
kehidupan ini. Untuk itu mereka perlu segera dimuliakan dan diangkat martabat
kehidupannya. Dari tiga hal inilah, kemudian gempungan melahirkan ide-ide baru
bagi bupati dalam mengambil kebijakan. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yang pertama, dari alur
perjalanan gempungan di buruan urang lembur dari awal dalam bingkai “cuap-cuap”
warga kepada pemerintah itu, lambat laun menemukan titik terang sebagai
rangkaian perjalanan kebijakan pelayanan publik yang tepat sasaran dan langsung
diterima masyarakat. sebab dalam perjalanannya, melalui gagasan bupati yang
terilhami gempungan sore hari itu, gempungan berikutnya dilengkapi dengan
fasilitas pelayanan pemerintah yang langsung kepada warga masyarakat, yang
dilaksanakan pada pagi hari. pelayanan itu, sementara waktu bisa menjadi “obat
penahan sakit” dalam menjawab persoalan yang muncul dimasyarakat. Pelayanan
dalam tajuk gempungan di buruan urang lembur ini, merupakan outcome dari
transformasi komunikasi pemerintah dan warga, dimana pelayanan itu merupakan
sinergitas peran dan fungsi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam memberikan
pelayanan langsung kepada masyarakat. adapun pelayanan yang disuguhkan dalam
gempungan tersebut, meliputi pelayanan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil (DISDUKCAPIL) yakni, pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte Kelahiran
dan Kartu Keluarga (KK) Gratis bagi warga, pelayanan oleh Dinas Kesehatan
meliputi Pengobatan Gratis, Sunatan Massal Gratis, pelayanan oleh Badan
Keluarga Berencana Perlindungan Ibu dan Anak (BKBPIA) meliputi pelayanan
Pemeriksaan Ibu Hamil menggunakan USG, pelayanan untuk peserta KB baru,
pemeriksaan peserta KB, baik suntik, Pil, Implant ataupun IUD. Pelayanan oleh
DInas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) meliputi pemeriksaan kesehatan hewan
ternak, proses kehamilan buatan melalui Inseminasi Buatan, pemberian hewan
ternak yang biasanya diberikan kepada orang yang dipanggil kedepan saat
gempungan hiburan di malam hari digelar. Pelayanan oleh Badan Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) meliputi perizinan terbatas seperti
Surat Izin Usaha Perseorangan (SIUP) bagi para pedagang kecil. Pelayanan oleh
Unit Pelayanan Teknis Daerah Cabang (UPTDC) PMI Purwakarta yakni Donor Darah.
Pelayanan Kantor Perpustakaan Daerah dengan menggelar Perpustakaan Keliling
untuk meningkatkan minat baca warga, serta berbagai pelayanan lainnya.
Sementara pada malam harinya, digelar transformasi informasi antara pemerintah
dengan masyarakat sebagaimana tujuan awal dari gempungan, namun pada malam hari
kemasannya semacam pagelaran yang menampilkan hiburan, music, seni tari dan
bintang tamu pelawak. Hal ini untuk melestarikan seni tradisi sunda tari
jaipong, seni music sunda, dan mengemas informasi dari pemerintah, yang
disuguhkan dalam lawakan, agar dapat memberikan hiburan dan dapat dicerna
oleh masyarakat yang hadir. Malah pada
awal 2012, gempungan pada malam hari menampilkan pula kesenian wayang golek
yang dipadankan dengan seni wayang suket yang berasal dari solo. Kolaborasi
pagelaran ini, menambah makna yang terkandung dalam pelestarian adiluhung
budaya indonesia, sebagai perjalanan panjang metamorphosis simbolistik budaya
dalam bentuk seni.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Keseluruhan dari integrasi
pelayanan publik pada pagi hari itu, ternyata mampu menjawab beberapa
persoalan, hal ini dapat dilihat dari kenaikan grafik masing-masing pelayanan.
Dari data kependudukan yang semakin tertib, dimana setiap orang telah mempunyai
KTP untuk wajib KTP, termasuk yang lebih mencolok adalah tingkat kepesertaan KB
warga yang loncat jauh keatas, sehingga memposisikan Purwakarta sebagai
Kabupaten peringkat pertama dalam kenaikan tajam kepesertaan program KB secara
nasional. Pelayanan publik yang berkaitan langsung dengan data kependudukan,
yakni pembuatan KTP, Kartu Keluarga dan Akte Kelahiran secara gratis di acara
Gempungan ini pula, telah melahirkan gagasan baru bagi bupati, yakni pelayanan
kependudukan yang berbasis di kantor desa secara jaringan online seluruh
wilayah purwakarta. Bupati melihat, pelayanan kependudukan yang selama ini
dilakukan di kantor kecamatan dan tidak online, merupakan kedzhaliman bagi
rakyat dan kebekuan proses pembangunan. Rakyat disusahkan dengan hanya proses pembuatan
identitas kependudukannya, belum lagi harus bayar dengan proses waktu yang
lama. Untuk itu, bercermin dari realita yang terjadi di gempungan, bupati
melakukan terobosan kebijakan pelayanan publik yang baru, yakni pelayanan KTP,
Kartu Keluarga dan Akte Kelahiran berbasis di kantor desa dengan sistem
jaringan online ke dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil)
sebagai leading sector masalah ini, dan dengan proses pelayanan yang cepat hanya
memakan waktu 5 menit langsung jadi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada kondisi yang kedua, yakni
ketika menyaksikan para pekerja social, mereka kerja tanpa pamrih, tanpa
pendapatan yang jelas, tak mengenal waktu, siang, malam ataupun kondisi cuaca
yang tak menentu, tapi yang ada dipikirannya adalah kerja-kerja ikhlas. Pengalaman
mak paraji ketika di gempungan kampung siluman desa cijaya campaka adalah
salahsatu bukti, masih banyaknya para pekerja social yang ikhlas yang
membutuhkan perlindungan dari tangan pemerintah. Untuk itu, gagasan pun muncul
mengenai kebijakan melindungi seluruh para pekerja social ini dengan penyertaan
asuransi kesehatan dan kematiannya. Hampir 14 ribu lebih pekerja social yang
ada di purwakarta, meliputi Guru Ngaji, Dukun Beranak (Paraji), Anggota Linmas,
Ketua RT, RW, Aparatur desa, Imam Masjid, kader Posyandu serta lainnya, sejak
2011 lalu sudah diasuransikan pemerintah daerah melalui PT. JAMSOSTEK. Inilah
bukti kongrit, kebijakan yang berpihak pada rakyat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kebijakan ini pula yang
memberikan pelajaran berharga bagi kita bahwa seharusnya kebijakan pemerintah
bukan pada bagaimana besarnya Bantuan Langsung berupa uang, karena itu bisa
mematikan kreatifitas masyarakat, Bantuan langsung hanya melahirkan rakyat yang
malas tanpa etos kerja. Tetapi jika bantuan dan kebijakan pemerintah berupa
perlindungan menyeluruh atas kesehatan dan kematian rakyatnya, tanpa mengganggu
hak privat ikhtiar usaha dan kariernya masing-masing, bisa dirasakan inilah
kebijakan yang lebih bermanfaat secara jangka panjang. Tak hanya berhenti pada
asuransi pekerja sosial, tetapi pada awal 2012 lalu, para pekerja informal pun,
didaftarkan sebagai peserta asuransi PT. JAMSOSTEK untuk perlindungan kesehatan
dan kematiannya. Adapun pekerja informal adalah mereka yang bekerja diluar PNS,
TNI, POLRI dan pegawai perusahaan swasta, yakni mereka adalah buruh tani,
petani, pedagang, tukang becak, tukang ojek, sopir angkutan umum, hingga WTS
sekalipun, dengan jumlah lebih dari 70 ribu peserta dengan tanggungan satu
peserta membawa Suami/Istri dan 3 orang anak. Artinya sebenarnya, secara umum
penyertaan asuransi di wilayah kabupaten purwakarta adalah seluruh warga yang
tercatat berdomisili di kabupaten purwakarta, dan ini yang pertama di
Indonesia, asuransi rakyat di suatu daerah kabupaten yang warganya
diasuransikan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dan yang terakhir, menyangkut
pengalaman unik bupati saat memanggil orang untuk diperdengarkan pengalaman
hidupnya, yang rata-rata mereka adalah anak kecil. Rupanya telah menyimpan
segudang keinginan bupati untuk memuliakan mereka. Karena biasanya mereka yang
dipanggil adalah orang yang secara strata social berada pada kemiskinan dengan
berbagai latarbelakang masalah keluarga yang cukup pelik. Misalkan, pengalaman
gempungan di Desa Cirangkong Kecamatan Cibatu yang memunculkan nama Ahmid (si
Bedas) yang telah dibahas dalam tulisan lain, telah melahirkan Ahmid baru yang
tampil sebagai pemuda ulet, etos kerja yang tinggi, sebagai tukang kuli pikul
bagi warga disekelilingnya, dengan bekal 5 ekor domba yang diberikan bupati
saat gempungan. Dan ahmid pun ternyata telah menjadi pemuda yang amanah, dimana
5 ekor domba yang ia dapatkan sebagai bekalnya itu, 6 bulan kemudian telah
beranak pinak menjadi 11 ekor domba.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Cerita lain, tentang “Si Karna”
pun tidak kalah nilai Ibrahnya (pelajaran) yang patut diteladani. Ya, setelah
“Si Karna” diberikan 3 Ekor Domba dalam gempungan 2 tahun lalu itu, kini
dombanya beranak pinak menjadi 10 ekor, sebagian sudah dijual, untuk bekal “Si
Karna” yang telah “Memproklamirkan” diri bersekolah. Informasi yang terakhir
yang didapatkan, saat “Si Karna” dipanggil lagi bupati, dalam acara syukuran 4
tahun jabatan bupati 13 Maret 2012 lalu yang digelar secara sederhana di rumah
dinas Bupati. “Si Karna” telah nampak dewasa, usia 13 tahun yang terbilang tua
bagi seumuran anak kelas 3 di Sekolah Dasar Negeri 2 Mulyamekar Babakancikao
ini, tidak ia sia-siakan. Dengan bekal dombanya untuk biaya ongkos ke sekolah,
kini ia menatap masa depannya dengan bekal seekor sapi dewasa yang siap
melahirkan, hasil dari pergantian ternak dombanya dulu. Sungguh telah
membangkitkan gairah hidup bagi siapapun yang bisa meneladani dan mencermati
sejengkal demi sejengkal pengalaman sosok kang dedi mulyadi. Seluruhnya
pengalaman tersebut, telah menjadi Ibrah dengan melahirkan jutaan ide dan
gagasan baru dalam menapaki di 4 tahun jabatannya sebagai Bupati Purwakarta.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Namun cerita tak selalu indah diakhir seperti yang
dialami bupati tentang si Karna dan si Karna yang lainnya. Cerita lainnya telah
menyisakan kesedihan mendalam bagi bupati. Inspirator bupati dalam melahirkan
gagasan dan kebijakan tentang perlindungan dan jaminan asuransi kesehatan dan
kematian bagi pekerja social maupun informal, yakni seorang Janda Tua yang
berprofesi sebagai mak paraji (dukun beranak) yang ditemui bupati saat
gempungan di kampung siluman desa cijunti kecamatan campaka lalu, kini telah
meninggalkan dunia ini terlebih dulu, tanpa sempat merasakan santunan asuransi
pekerja social dimana dirinyalah yang menginspirasi kebijakan itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
“<i>Lampah Alam Nu Katukang…<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<i>Jibred Endah Hihinaan….<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<i>Hujan Angin Dilakonan…<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<i>Mipir Gawir Nyorang Jurang…<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<i>Leutik Tangtung Hate Jangkung…Anjeun
Bela Bibilasan….<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<i>Kiwari Anjeun Rek Miang….<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<i>Muru lembur Pangbalikan….<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<i>Ninggalkeun Rasa Kamelang….<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<i>Rengkak Anjeun Narembongan…Endah Seuri
Ngajauhan….<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Demikian penggalan syair lagu sunda yang dituangkan bupati untuk
mengenang almarhumah mak paraji itu, dimana syair lagu diatas didendangkan
penyanyi grup music EMKA 9, saat acara gempungan digelar kembali di desa
cijunti campaka, sebulan setelah meninggalnya mak paraji. Sungguh pemandangan
yang mengharukan. Air mata pun tak terasa berlinang diantara bidikan kamera
yang penulis fokuskan kearah panggung gempungan, “semoga Allah menempatkan mak
paraji pada tempat yang mulia disisi-Nya, karena saya yakin mak paraji adalah
orang yang sangat mulia, mulia hatinya, mulia pekerjaannya, dan mulia dimata
saya,” demikian ungkap bupati mengakhiri pagelaran panggung gempungan di desa
cijunti kecamatan campaka saat itu, yang diamini para warga yang hadir. [soem]<o:p></o:p></div>
Maksum Kosasihhttp://www.blogger.com/profile/07004340640610705875noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4219808605105893859.post-65383795065185773162013-01-04T14:19:00.002+07:002013-01-04T20:20:04.122+07:00Dari SMS menjadi Kebijakan<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Benar kata pepatah “tak kenal makanya tak sayang”, atau kalau penulis boleh
merubah pepatah itu dengan “tak kenal makanya takkan mengerti sikapnya”. </span>Ya,
pepatah ini sengaja penulis ganti seperti diatas, sebab ini terkait pengalaman
pribadi penulis terhadap seorang bupati kita, kang dedi mulyadi. Pengalaman ini
sebenarnya tidak harus dipublikasikan kepada khalayak, sebab tidak begitu
penting jika <span lang="IN">hanya </span>dilihat
dari sisi pengalaman pribadi penulis saja<span lang="IN">,</span> dalam memahami sikap dan karakter bupati kang dedi mulyadi. Tapi
menjadi penting diketahui, karena ini menyangkut sikap pribadi bupati dalam
menelurkan berbagai kebijakan pemerintah.<span lang="IN"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pengalaman penulis ini diawali,
saat penulis belum <span lang="IN">menjadi tim
dokumentasi bupati, yakni sebelum akhir tahun 2009, sehingga penulis belum
merasa </span>dekat dan belum tahu betul keseharian bupati<span lang="IN">.</span><span lang="IN"> </span>Penulis waktu itu, hanya mendapatkan informasi
dari teman diskusi seorang dosen sebuah Perguruan Tinggi di Purwakarta, yang
menyikapi kecenderungan sikap pribadi bupati yang dianggap negative dan
cenderung tidak sopan. Ya, sebenarnya hal sepele dari sikap pribadi bupati,
namun memang menjadi cibiran banyak orang karena jabatannya sebagai pejabat
public.<span lang="IN"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Sikap sepele itu adalah bupati, kang haji dedi mulyadi, memiliki kebiasaan
sering mengoperasikan Handphone (baca: telepon genggam)-nya disaat acara resmi,
atau terkadang saat menerima tamu di kantornya. </span>Menurut dosen teman
penulis ini, kebiasaan itu tentu buruk bagi citra bupati, karena dianggap tidak
sopan dan tidak menghargai pribadi orang. Dosen memisalkan, jika kita menerima
tamu dengan berbagai maksud dan tujuannya, sementara “si empunya” rumah,
apalagi ini Bupati, menerima dan mendengarkan maksud dan tujuan tamu itu sambil
terkadang mengoperasikan HP miliknya. Ada 2 kesalahan sebenarnya, yang pertama
tidak menghargai orang bicara dan yang kedua, sejauhmana bupati akan mengerti
maksud orang yang bertamu itu<span lang="IN">,</span>
jika sambil mengoperasikan telepon genggam.<span lang="IN"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="FI">Pernyataan dosen itu, terus merasuki pikiran penulis. Sehingga ini menuntut
penulis untuk mencari tahu, kebenaran dari sikap pribadi bupati </span><span lang="IN">tersebut</span><span lang="FI">. Penulis yang saat itu masih </span><span lang="IN">kuliah</span><span lang="FI">, berusaha menyempatkan untuk memperhatikan
sedetail mungkin gerak-gerik bupati. Berbagai momen kegiatan yang dihadiri
bupati menjadi sasaran penulis. Hasilnya, dari berbagai kesempatan penulis
memperhatikan sikap bupati, ternyata memang benar, malah ini menjadi
pembicaraan hangat ditingkat tataran mahasiswa saat itu. Namun penulis tak
serta merta membuat kesimpulan. Ada pertanyaan besar sebenarnya dalam benak
penulis. Ya, pertanyaan tentang apa sebenarnya yang menjadi penyebab bupati
sering melakukan hal itu. Penulis beranggapan, hal ini ternyata sering
dilakukan bupati saat acara yang dihadirinya. </span>Sebuah kejadian yang
konsisten dan mungkin terencana dilakukan bupati.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Penulis terus dibayangi rasa penasaran yang sedemikian besar terhadap
bupati atas “tingkahnya” itu. Hingga akhirnya sejak penulis menjadi tim
dokumentasi bupati, setiap penulis kebetulan ada jadwal bertugas mendokumentasikan
acara bupati, perlahan rasa penasaran itu mulai terjawab. Ternyata hampir
setiap kali acara, dan acap kali bupati menerima tamu, dirinya selalu tidak
lepas dengan telepon genggam sambil mengoperasikannya. Hal itu, sebenarnya
tidak hanya ketika acara yang melibatkan orang banyak, atau saat menerima tamu
di kantornya, tetapi juga saat dirinya di dalam mobil. Kenyataan itu, penulis
ketahui langsung oleh mata penulis sendiri, karena di beberapa kesempatan,
penulis sempat satu mobil bersama bupati.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Selain tingkahnya itu, pernyataannya pun terkait kebiasaan banyak orang
saat ini, termasuk dirinya, sering menganggap bahwa Handphone sudah menjadi
“istri kedua”, hal ini dapat dibuktikan ketika seseorang bangun tidur, yang
paling pertama dicari adalah HP-nya. Pernyataan bupati inilah, yang membuat
penulis yakin, bahwa bupati sangat bergantung pada Handphone-nya itu. Apalagi,
suatu waktu penulis menyaksikan Pengawal Pribadi (WALPRI)-nya, kelimpungan saat
mencari 2 HP bupati yang lain ketika acara maulid di kecamatan Bojong.
Lagi-lagi penulis tak habis pikir, bupati menggunakan HP hingga tiga unit
seperti itu. Lalu, pertanyaan selanjutnya dan merupakan pertanyaan penting
adalah, untuk apa bupati melakukan hal itu, mengoperasikan HP saat acara, saat
ada orang bertamu dan menyampaikan maksud bertamunya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Untuk menjawab pertanyaan itu, penulis mencoba mencari tahu kepada
seseorang yang cukup kompeten untuk mengurai dan menjelaskannya. Ya, seseorang
yang bertugas sebagai operator SMS Center bupati, seorang staf pelaksana di bagian umum yang ditempatkan sebagai staf
bupati bidang informasi dan telekomunikasi. Obrolan menarikpun terus
muncul dari pengalamannya. Menurutnya, sistem kinerja bupati dan
kebijakan-kebijakannya, sebagian besar dipengaruhi oleh SMS yang masuk pada HP
pribadinya. SMS tersebut, biasanya dikirimkan warga purwakarta melalui nomor
SMS center yang dikelolanya, lalu SMS tersebut dimeja
operator, diklasifikasikan pada SMS yang termasuk kritik/saran tentang
pembangunan, peristiwa/musibah yang butuh penanganan cepat, atau SMS yang
sekedar info dan basa-basi. Kemudian SMS tersebut ada yang diteruskan oleh
operator (forward-red) ke nomor HP pribadi milik bupati. Untuk SMS yang lebih bersifat teknis, diteruskan langsung ke Dinas terkait, tergantung isi SMS nya. Lalu selang beberapa menit, biasanya ada
balasan SMS dari nomor HP pribadi bupati ke SMS center untuk diteruskan kepada
orang yang mengirim SMS. Atau setelah bupati menerima SMS dari SMS Center, kadang
juga bupati langsung menelepon nomor HP yang mengirim SMS itu, dan itu
tergantung isi pesan yang dikirim, biasanya jika langsung di telepon, berarti
info yang sangat mendesak dan butuh penanganan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Dari sana penulis mulai mendapat gambaran, jadi selama ini sikap bupati
yang sering mengoperasikan HP (kebanyakan untuk SMS, tapi sesekali telepon)
itu, adalah untuk menindaklanjuti SMS yang masuk ke HP nya yang dikirim lewat
SMS Center. Sementara untuk hal yang mendesak, bupati menelpon langsung kepada orang
yang mengirim SMS tersebut. Hal inilah yang mungkin memaksa bupati untuk
mengoperasikan HP, saat acara berlangsung yang ia hadiri atau saat menerima
tamu. Kemudian pertanyaan yang terakhir adalah, sejauh mana bupati dapat
memahami antara isi SMS yang dikirim SMS Center ke HP-nya dengan memahami
pembicaraan orang saat bertamu di kantornya, sementara kejadian itu persis
berbarengan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Pertanyaan yang satu ini, terjawab langsung oleh penulis, saat penulis
sedang asyik mengobrol diruangan staf bupati dengan operator SMS Center. Dimana saat yang bersamaan, dibalik ruangan yang bersebelahan
dengan ruang staf, yaitu ruang rapat, bupati sedang menerima tamu
penting dari Investor yang akan berinvestasi di Purwakarta. Saat itu, penulis
mendengar, obrolan bupati dengan tamunya itu, sesekali diselingi gelak tawa yang
memenuhi hampir diseluruh ruangan, namun pada saat yang bersamaan pula, muncul
SMS ke nomor SMS Center, yang berasal dari nomor HP pribadi milik bupati.
Ternyata selama mengobrol dengan tamunya itu, bupatipun aktif mengirim SMS
menindaklanjuti SMS yang masuk ke SMS Center. Penulis tak bisa menjelaskan
bagaimana bupati bisa melakukan itu, otak kiri dan otak kanannya benar-benar
digunakan sebaik-baiknya. Saat penulis terheran-heran, operator SMS Center
berbisik kepada penulis, ”ini ada yang SMS dari Kepala Desa yang salah satu warganya harus dioperasi bedah,
karena tidak memiliki lubang anus”. Penulispun sekejap saja, berusaha memaklumi
atas sikap bupati selama ini, termasuk sejak awal penulis penasaran atas sikap
bupati mengoperasikan HP saat acara digelar atau saat bupati menerima tamu
dikantornya. Ya, perlu dimaklumi, hanya itu yang keluar dari mulut penulis.
[soem]<o:p></o:p></span></div>
Maksum Kosasihhttp://www.blogger.com/profile/07004340640610705875noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-4219808605105893859.post-90814140925982809182010-02-08T17:01:00.002+07:002010-02-08T17:05:52.234+07:00MEMBUMIKAN FALSAFAH SUNDA "SAREUNDEUK SAIGEL SABOBOT SAPIHANEAN"<span style="font-family: trebuchet ms;">Memang sesuatu yang lumrah dan wajar ketika setiap orang mempunyai mimpi harapan dan jalan apapun yang dilakukan untuk mncapai tujuan itu. Dikatakan wajar karena pada fitrahnya manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia diberikan nilai plus dari makhluk Tuhan yang lainnya. Nilai plus itu pada otak dan hati nya. Otak menuntut manusia untuk terus menggali apa yang terdapat dalam dirinya dan pada alam, (ilmu pengetahuan). hati mengimbangi jalannya otak agar apa yang dipikirkannya dan kemudian digerakkannya melalui tingkahlaku itu harus sesuai dengan apa yang menjadi norma-norma di masyarakatnya dan kaidah-kaidah hukum agama yang mengaturnya. </span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Namun kadang kita sering terjebak pada tipu daya otak kita sendiri, kadang merasa paling pintar dari satu sisi, tetapi tidak melihat kekurangan kita dari sisi lainnya. Pada kasus ini, peran hati sering tidak kita optimalkan sebagaimana mestinya. Merengkuh ketidakberdayaan kita, itulah sesungguhnya yang harus kita tanamkan dalam hati ini. Dengan kecintaan tentunya. Ya, akhirnya kata cinta yang menjadi kunci memaksimalkan potensi otak maupun hati kita.</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Kalau dikisahkan; seorang murid Abul Said Abul Khair pernah berkata, “Guru, di tempat lain ada orang yang bisa terbang?” Abul Khair menjawab, “Tidak aneh. Lalat juga bisa terbang.” “Guru, disana ada orang yang bisa berjalan diatas air,” muridnya berkata lagi. Abul Khair berkata lagi,”Itu juga tak aneh, katak pun bisa berjalan diatas air.” Muridnya berujar lagi, “Guru di negeri itu ada orang yang bisa berada di beberapa tempat dalam waktu bersamaan” Abul Khair menjawab, “Yang paling pintar seperti itu adalah syetan. Ia bisa berada di hati jutaan manusia dalam waktu yang sama”. Murid-muridnya bingung dan bertanya, “Kalau begitu Guru, bagaimana cara paling cepat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.?” Ternyata murid-muridnya beranggapan bahwa orang yang dekat dengan Allah SWT. Itu adalah orang yang memiliki berbagai keajaiban dan kekuatan supranatural. Abul Khair menjawab, ”Banyak jalan untuk mendekati Tuhan, sebanyak bilangan napas para pencari Tuhan. Tetapi, jalan yang paling dekat kepada Allah adalah membahagiakan orang lain di sekitarmu. Engkau berkhidmat kepada mereka dan Pemimpinmu.”</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Dari kisah diatas, yang perlu digaris bawahi adalah kalimat terakhirnya, “Engkau berkhidmat kepada mereka dan Pemimpinmu”. Penekanannya adalah sejauhmana kemampuan otak kita ini dalam menerima apapun yang menjadi pendapat sumbangsih pemikiran orang lain, sehingga menimbulkan kekaguman dan penghargaan, walau dirasa pendapat orang tersebut tidak sesuai dengan prinsip kita. Peran hati lah yang perlu ditumbuhkan disini. Begitupun dalam hal ini, terhadap pemimpin kita, pemimpin yang mempunyai kebijakan terhadap nasib rakyat yang dipimpinnya. Jika kebijakannya dirasa menurut hati kita sesuai dengan apa yang dicita-citakan tanpa melanggar apa yang menjadi role of the game-nya, baik menurut hukum ketatanegaraan maupun hukum Qur’an. Apalagi kebijakan dan program yang telah dijalankannya itu sudah jelas wujudnya di hadapan kita, maka sudah selayaknya kita ikut mendukung dan menanamkan sebuah falsafah kasundaan, “Sareundek saigel sabobot sapihanean” agar kedigjayaan di kabupaten ini terwujud.</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Bahasanya juga “sa” dalam bahasa sunda “sa” itu artinya sudah menjadi satu kesatuan. Satu kesatuan dari cara berpikir, ucapan, dan tingkahlaku antara pemimpin dan rakyatnya. “geus teu bisa dilepaskeun panon jeung kiceupna, ceuli jeung danguna, irung jeung angseu’ na, letah jeung ucapna, hate jeung ka’ikhlasanana.” (H. Dedi Mulyadi, dalam sambutan acara Tabligh Akbar sebuah Yayasan di Kelurahan Cipaisan). Untuk itu, diperlukan kebersediaan dan keikhlasan kita dalam menerima dan menjalankan apa yang sudah menjadi program pembangunannya. Begitupun, tentunya Pemimpin itu sendiri seyogyanya siap membuka hati lebar dalam menerima kritik dan saran dari rakyatnya. Hilangkan apa yang menjadi penyakit hati kita, hilangkan ego kepintaran otak kita.</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Namun pernyataan ini bukan berarti kemudian kita hanya berijtihad sama dengan pemimpin kita, atau kita taklid yang tanpa makna/taklid buta. Ataupun kita kemudian mengIdolakan Pemimpin itu, seperti halnya seorang Suparman alias Ayi Beutik sang Panglima Viking, yang saking cintanya kepada PERSIB, nama anaknyapun menjadi JAYALAH PERSIBKU, atau anak keduanya, USAB PERNING (bahasa gaul tempo dulu, yang artinya URANG PERSIB). Karena apa yang dialami Suparman itu berbeda dengan sareundeuk, saigel sabobot sapihanenan-nya kita dengan Pemimpin yang saat ini menjabat. Kalaupun dikemudian hari pemimpin kita terbukti salah secara hukum, maka jangankan orang yang benci terhadap pemimpin itu sejak dulu, sayapun sebagai dokumentator Bupati yang notabene pemimpin di kabupaten ini, mungkin saya paling depan untuk menuntutnya turun sebagai Bupati. [soem]</span>Maksum Kosasihhttp://www.blogger.com/profile/07004340640610705875noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-4219808605105893859.post-11798345486120213182010-01-25T16:29:00.004+07:002010-02-02T09:15:40.668+07:00Mari Efektifkan Waktu dan Kesempatan Sekecil Apapun<div style="text-align: left;">Ada hal kecil yang menarik saat mengikuti kegiatan Bupati pada sabtu lalu (23 Januari 2010). Mungkin bagi sebagian orang, hari sabtu adalah hari bersantai dengan keluarga atau sekedar liburan mengisi akhir pekan, bersantai-santai di rumah ataupun berwisata keluar kota membawa sanak keluarga, tak ketinggalan pembantu dan tas ransel makanan pun wajib dibekal. Kalau mau jujur, hal itu cukup tak efektif, begitu bisik Bupati kepada saya ketika memasuki mobil, sabtu pagi itu untuk mengisi pembukaan acara Tabligh Akbar di sebuah yayasan di kelurahan Cipaisan. Dalam agenda pada jadwal yang tertera, Bupati membuka acara Tabligh Akbar pada pukul 08.00 pagi, namun ketika menghubungi panitia acara, ternyata acara belum siap, masih banyak kekurangan, lokasi acara masih sepi pengunjung (hadirin). Padahal jam sudah menunjukkan pukul 8 tepat dan Bupati sudah dalam perjalanan menuju lokasi. Mendapati berita seperti itu, Bupati perintahkan sang nahkoda mobil untuk memutar haluan mobil menuju pasar jum’at. Ada apa gerangan? Apakah bupati menyesalkan karena panitia tidak tepat waktu? Ataukah memang meninggalkan acara tersebut karena harus mengikuti agenda selanjutnya (ya, di agenda selanjutnya Bupati harus melantik Pengurus baru DPD Golkar Kota Banjar pada pukul 13.00 WIB, -mungkin dalam hal ini bukan atas nama Bupati, tetapi sebagai Sekretaris DPD GOLKAR Provinsi Jawa Barat-red). Oh tunggu dulu, ternyata Bupati menuju Pasar Jum’at untuk memesan sebanyak 100 bungkus snack yang akan disumbangkan kepada panitia Tabligh Akbar, “itung-itung menghemat dan mengefektifkan waktu menunggu acara siap, ya apa salahnya kita bershodakoh”, begitu celotehnya. Luar biasa, bagi saya sebagai documenter Bupati, ini merupakan pelajaran berharga, mengefektifkan waktu dan kesempatan diiringi dengan menyisihkan sebagian milik kita. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui, begitu kata pepatah.<br /><br /></div>Selesai memesan snack, mobilpun berlalu dan menuju lokasi acara. Dalam pikiran saya, mungkin Bupati akan terlambat mengisi acara di Kota Banjar, karena acara di Tabligh Akbar itu, pukul 09.00 baru dimulai. Namun tidak, dengan sigapnya dan beralasan untuk mengefektifkan waktu, Bupati melalui Kasubbag Protokoler Pemkab, Bapak Asep Gumelar meminta agar sambutannya dimajukan. Bupati pun mengisi acara paling awal untuk menyampaikan sambutan dan buah pikirnya sembari sesekali memohon maaf, bahwa dirinya sedang belajar mengefektifkan waktu ditengah-tengah kesibukannya sebagai Bupati dan sebagai Sekretaris DPD GOLKAR Jawa Barat. Hadirinpun memakluminya, seseorang yang hadir dan duduk disamping kanan saya bergumam,<span style="font-style: italic;">”mangga pak Bupati, lajengkeun mudah-mudahan janten Gubernur. Tos ka buktos ku Bapa mah, jalan ka gang ieu oge tos leucir”.</span> Tangan saya yang saat itu memegang senjata andalan, ya sebuah Handycam terasa berdiri bulu halusnya, saking terharu. Mudah-mudahan menjadi sebuah do’a, celotehan orang tersebut, amiiin.<br /><br />Setelah mengisi acara tersebut, Bupati mampir ke Rumah Dinas di alun-alun, barang sebentar untuk mempersiapkan segala sesuatunya menuju Kota Banjar. Kembali saya tak habis pikir, di Rumdin (sebutan terpopuler untuk Rumah Dinas) ternyata sudah menunggu beberapa pejabat teras pemkab, yakni Kepala Dinas Bina Marga, Inspektorat, dan Kabag Pembangunan.”kok, acara Partai harus bawa Pejabat Pemkab (PNS)” begitu di pikiran saya bergelanyut pertanyaan. Sepanjang perjalanan menuju Kota Banjar, pikiran saya dipenuhi pertanyaan tadi. 4 jam perjalanan cukup melelahkan, tepat pukul 12.47 WIB rombongan sampai di kota Banjar (sebenarnya bukan rombongan, tetapi hanya dua mobil, satu mobil untuk Bupati dan para pejabat pemkab tadi, pengurus DPD Golkar Provinsi dan satu lagi untuk para staf, ajudan dan pengawal pribadi Bupati, termasuk saya, hal ini menurut Bupati sebagai efisiensi dari pemakaian kendaraan biar tidak keluar banyak ongkos). Bupati sekarang resmi disebut sebagai Sekretaris DPD GOLKAR Provinsi Jawa Barat, pikiran saya baru tersadarkan oleh sapaan Wali Kota Banjar, Dr. dr. Herman Sutrisno yang juga ketua DPD Golkar Kota Banjar (ya, orang tua dari sisi umur dan pengalaman ini, yang akan dilantik oleh maaf “Bupati” kita). <span style="font-style: italic;">“Wilujeng Sumping kang SEKJEN di Kota Banjar”,</span> begitu sapaan Wali Kota.<br /><br />Pertanyaan yang selama perjalanan tadi memenuhi pikiran saya itu, kini telah terjawab. Ya, Bupati sengaja membawa pejabat Pemkab (Kadis Bina Marga, Inspektorat dan Kabag Pembangunan) adalah untuk melakukan studi banding tentang penataan tata ruang kota dan jalan-jalan di Kota tersebut, Bupati menyempatkan bertanya dan berguru kepada Walikota Banjar mengenai keberhasilan Kota tersebut membangun sarana fisik dan mental masyarakatnya. Dalam cerita singkat ini, menggambarkan kepada kita bahwa sekecil apapun kesempatan dan sesingkat apapun waktu yang kita miliki, seyogyanya dapat diefektifkan secara maksimal, tak ada ruang pemisah antara urusan dinas dan urusan kepartaian, selama kita masih bisa me-manage-nya dengan baik. [soem]Maksum Kosasihhttp://www.blogger.com/profile/07004340640610705875noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4219808605105893859.post-24441278472587378332010-01-22T16:19:00.005+07:002010-01-29T14:11:02.475+07:00Pendidikan Penuh Cinta, Menumbuhkan Benih-benih Kreativitas<span style="font-family:trebuchet ms;">"Pendidikan harus menciptakan anak didik yang inovatif, Sekolah harus mencetak lulusan yang kreatif. Sebenarnya dari keterbatasan kita dalam ekonomi, sesungguhnya disanalah kita mempunyai kelebihan. Kelebihan dari kekurangan kita adalah tuntutan untuk berkreatifitas dalam belajar, tuntutan untuk berinovasi dalam lingkup pemenuhan kekurangan kita. Ketika seorang siswa berlatarbelakang ekonomi tidak mampu, dia akan berkreasi untuk mencukupi biaya Pendidikannya, dia akan berinovasi dalam semangat belajarnya, ketika pagi dia belajar, pulang sekolah berjualan koran atau mencari kayu bakar. Bukan hal yang musykil hal itu terjadi, karena sesungguhnya anak itu kini menjadi seorang Bupati", demikian pernyataan Bupati Purwakarta, H. Dedi Mulyadi, SH dalam rutinitasnya setiap jum'at pagi bertatap muka dengan para pelajar Purwakarta. Seluruh siswa yang hadir ketika itu (SMKN 1 Purwakarta, SMK Purnawarman dan SMAN Cibatu) terdiam membatu, bukan karena tak mengerti. Adalah suatu reaksi yang wajar dan spontanitas dari yang hadir ini, ketika Pemimpin di Kabupatennya memberikan inspirasi tentang Pendidikan yang berasal dari perjalanan hidup bupatinya itu.</span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Modal kreatifitas yang dibangun sejak bangku Sekolah itu, menjadi modal dasar seorang Bupati muda dalam memimpin daerahnya. kreatifitas kepribadian dan kepemimpinannya itu, tergambarkan dalam sesion tanya jawab yang dilontarkan seorang siswa SMK Purnawarman, Nakila, selorohnya menanggapi Pembangunan yang dilakukan Bupati mulai Pembangunan Jalan Hotmik di pelosok pedesaan dengan sebutan Jalan Leucir, hingga Pembangunan Gapura Kembar (Gapura Indung Rayahu), Pagar Malati dan Atap Julang Ngapak. Komentar Bupati menanggapi pertanyaan itu cukup sederhana, ya... Bupati cukup berbangga, dari sisi pernyataan siswa tadi, menggambarkan Pendidikan telah menciptakan Inovasi berbentuk buah pikir yang terlontar dari mulut siswa SMK Purnawarman. Artinya bahwa, siswa tadi telah melakukan inovasi dan kreasi cara pikirnya mengenai Pembangunan di kabupatennya, sehingga dibenak siswa tadi bergemuruh pertanyaan-pertanyaan, mengapa harus Gapura Indung Rahayu, mengapa harus Julang Ngapak, mengapa juga harus Pagar Malati?? (lebih jelasnya pada tulisan lain).</span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Namun menurut Bupati, tidak cukup hanya berkreasi dan inovasi. Pendidikan tidak cukup hanya pada batas intelektual, <span style="font-style: italic;">menjadikan anak manusia menjadi cerdas saja tidak akan menghasilkan apa-apa. Ada hal kedua yang harus menjadi pertimbangan Pendidikan kita, yaitu nilai-nilai rasa. Nilai rasa adalah mencoba untuk memengaruhi nilai-nilai intelektual agar seluruh imajinasi intelektualnya ada nilai-nilai keindahan yang dipenuhi rasa cinta. Salah satu nilai rasa adalah imajinasi, melalui imajinasi seseorang dapat menembus apa yang semula tidak mungkin. Imajinasi sangatlah penting bagi proses kreatif, sementara intelektualitas memikirkan "Bagaimana caranya"?, Imajinasi memberikan gambaran mengenai "apa jadinya"? apa yang dipikirkan itu dimasa depan </span><span style="font-weight: bold;">(Kang Dedi Mulyadi, Mengayuh Negeri Dengan Cinta, 2009)</span>. Jika dimisalkan, seorang siswa SMP yang akan melanjutkan ke jenjang Sekolah Kejuruan, tentunya memikirkan nilai-nilai intelektual yang mendukung pada dirinya. Jurusan apa yang sesuai dengan kemampuan intelektualitasnya, dan nilai-nilai rasa akan memengaruhi pilihan intelektualnya, jika yang dipilih jurusan Mesin (sebagaimana kecenderungan intelektualnya), apakah dikemudian hari siswa itu dapat menggunakan kemampuan permesinannya sesuai kebutuhan di masyarakat atau apakah dengan memiliki kemampuan permesinan dia akan menghidupi istri dan anak-anaknya kelak (dengan didasari nilai-nilai rasa dan kecintaan), ini semua adalah imajinasi yang penuh cinta dan membutuhkan kreatifitas. Begitu pula, kecintaan seorang Bupati pada rakyat yang dipimpinnya, "menjerumuskannya" pada semangat berkreasi membangun Kabupaten yang dipimpinnya.</span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Hening di ruangan Wikara I Pemkab Purwakarta begitu terasa, padahal sekitar 200 siswa menyesaki ruangan tersebut. Pemaparan dan penegasan Bupati yang penuh cinta itu, mungkin menghantarkan anak-anak yang hadir berimajinasi ke alam bawah sadarnya. Mereguk Pendidikan Cinta itu, menghanyutkan mereka pada imajinasi berkreatifitas dan berinovasi. Begitu pula, seseorang yang berdiri di belakang mereka, dokumenter Bupati (kamerawan) yang berimajinasi untuk membuat tulisan ini, yang akhirnya dapat dinikmati penuh cinta oleh pembaca semua. [soem]</span>Maksum Kosasihhttp://www.blogger.com/profile/07004340640610705875noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-4219808605105893859.post-62849733006800863412009-12-10T12:58:00.005+07:002009-12-10T13:17:02.357+07:00Purwakarta Memenangkan Investment Award 2009<span style="font-size:100%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Kabupaten Purwakarta menyabet predikat terbaik dalam bidang pelayanan investasi di ajang Investment Award 2009. Pemberian penghargaan ini digelar oleh Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).</span> <span style="font-family:trebuchet ms;">Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menerima penghargaan bergengsi bagi daerah yang dipimpinnya berupa piala dan piagam dari Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di aula Gedung BKPM, Jalan Gatot Soebroto, kemarin (9/12). Purwakarta menyingkirkan lima daerah lainnya yang selama ini menjadi rival berat di jajaran nominator kabupaten dengan pelayanan penanaman modal terbaik. Kelima kabupaten tersebut adalah Sidoarjo, Sragen, Jembrana, Kudus dan Bangka. Dua daerah lain di Jawa Barat juga menggaet penghargaan serupa.<br /><br /></span></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC50bfCVOYXK3kJseFxAUeIM6ZQ_ZKT3y1kfHfMp6j84Wg0umXUMdMRnZaIws0p0IcZ0N0N9HnZtSU-qxsPthNzvqFMqoiDShvLVaN1Oqmh4ltfawbB2jFPoKAs8FY1NIM_WzMnMPqKXM/s1600-h/Pwk_Investment_Award_2009.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 287px; height: 173px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC50bfCVOYXK3kJseFxAUeIM6ZQ_ZKT3y1kfHfMp6j84Wg0umXUMdMRnZaIws0p0IcZ0N0N9HnZtSU-qxsPthNzvqFMqoiDShvLVaN1Oqmh4ltfawbB2jFPoKAs8FY1NIM_WzMnMPqKXM/s320/Pwk_Investment_Award_2009.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5413487146110059506" border="0" /></a><div style="text-align: center;"><span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;" >Penyerahan penghargaan Investment Award<br />oleh</span> <span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;" >Menteri Perekonomian Hatta Rajasa kepada Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi</span><br /></span></div><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Enam indikator yang menjadi dasar penilaian sebuah daerah layak mendapat predikat terbaik adalah kelembagaan instansi pelayanan penanaman modal, pelayanan perizinan usaha, dukungan teknologi dan sistem informasi penanaman modal dan perizinan, mekanisme pengaduan dan evaluasi kinerja pelayanan, ketersediaan dan kualitas informasi layanan dan potensi daerah, serta inovasi dan keberhasilan. Setelah menerima penghargaan, Bupati Dedi Mulyadi menyatakan, esensi dan prestasi ini bukanlah penghargaannya, melainkan angka penanaman modal di Purwakarta yang secara riil memang terbilang tinggi.</span></span><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic; font-family: trebuchet ms;">(Sumber: SINDO, 10/12)</span></span><br /></div>Dedi Mulyadihttp://www.blogger.com/profile/12372098011409122347noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4219808605105893859.post-42883677134349149382009-10-19T15:04:00.009+07:002009-10-19T16:34:23.630+07:00Kades Purwakarta Kiwari, Sanes Kades Purwakarta Kamari<span style="font-weight: bold;font-size:100%;" ><span style="font-family:trebuchet ms;">Ku : H. Dedi Mulyadi, SH (Bupati Purwakarta)</span></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br /><br />Sagala puji kalih syukur kasanggakeun ka Allah Rabbul Ghafur, rohmat miwah salam pamugi netes ka Muhammad SAW, nu parantos muka lawang tina kahirupan poek mongkleng buta rana kana kahirupan nu caang ngempray pinuh cahaya ilahar disebut <span style="font-style: italic;">miandzulumat ilannur</span>, mantenna salaku Nabi, nu jadi pamingpin umat sakaligus pamingpin masarakat nu kudu jadi inspirasi sakaligus motivasi k asadaya pamingpin nu nuju nyakrawati, geusan ngawujudkeun kahirupan lembur makmur kota bagja.<br /><br />Sabab geus ngancik dina kayakinan, lamun lembur geus makmur pasti kota bakal bagja. Patali sareng eta pasualan, urang sarerea sabenerna geus kahutangan budi ku peran jeung fungsi masarakat pilemburan atawa padesaan dina nanjeurna ajen pangwangunan daerah, malah nasional. Padahal nasib masarakat di desa sakitu lilana dipopohokeun tur dipapalerkeun dina urusan pangwangunan jeung politik sarta pamarentahanana. Rahayat padesaan dina catur pangwangunan nasional jeung daerah, sering jadi anak tere, malah diapilainkeun ku sering diseubt masarakat tradisional, dusun, udik, miskin, bodo jeung sebutan goreng lianna, anu akhirna rahayat padesaan terus-terusan aya dina sarwa kakurangan tur kaprihatinan jeung teu percaya diri.<br /><br />Padahal saestuna, pangwangunan anu keur dilaksanakan ku pamarentah di sadaya tingkatanana, bakal sukses jeung lancar lamun desa teu ngan saukur dijadikeun anak bawang (sub ordinasi) pangwangunan. Desa nu jadi puser nganjrekna mayoritas masarakat, ngabogaan kakuatan anu kacida pentingna, pikeun dijadikeun kakuatan geusan ngawangun ieu nagri, hususna dina alam demokrasi jeung dina era reformasi kiwari.<br /><br />Tangtuna urang mufakat, yen kasalahan pola pangwangunan nu geus kaliwat, nu cenderung mopohokeun ajen diri jeung harkat luhur padesaan ulah dibalikan deui di jaman kiwari. Dumasar kana hal ieu, kiwari program pangwangunan Pamarentah Kabupaten Purwakarta seja sakuat tanaga nata ulang jeung usaha satekah polah ngaberdayakeun masarakat padesaan dina format anyar tur bener, anu bakal ngutamakeun usaha pikeun ngembangkeun tur ngamumule ajen diri sarta harkat para pamong desa.<br /><br />Kurangna perhatian kana pangwangunan desa, ngabalukarkeun desa angger tinggaleun dina sagala widang, boh widang ekonomi, sosial budaya jeung politik. Gagalna ngajadikeun desa jadi kakuatan ekonomi, sosial jeung demokrasi ngabalukarkeun tarekah pangwangunan anu teu mawa hasil mucekil keur sakumna rahayat desa. Sabab nu enya dihenteu-henteu, ari nu henteu dienya-enya. Katurug katutuh, kawijakan publik pamarentah jarang pisan nu mihak kana nasib padesaan. Malah seringna mah, rahayat di padesaan ngan hungkul jadi tukang "lalajo" tinimbang "nu dilalajoan" dina pangwangunan desa. Aya sababaraha alesan kunaon tarekah ngokolakeun peran desa di Kabupaten Purwakarta jadi kalintang penting sarta jadi target pokok pamarentah. <span style="font-style: italic;">Kahiji</span>, jumlah penduduk lolobana nganjrek di desa. <span style="font-style: italic;">Kadua</span>, desa jumlahna leuwing loba tibatan jumlah kelurahan di Kabupaten Purwakarta. <span style="font-style: italic;">Katilu</span>, sacara dhohir desa mangrupakeun kantong kamiskinan jeung kakurangan nu kuduna dirobah jadi sumber produksi nu mere manfaat pikeun masarakat jeung pamarentah. Alesan sejenna, jurang pamisah antara kota jeung desa nu kalintang jerona ngabalukarkeun munculna sistem kapitalisasi ekonomi, nyaeta nu miskin beuki miskin, nu beunghar beuki beunghar. <span style="font-style: italic;">Kalima</span>, posisi tawar masarakat desa lemah keneh dina nangtukeun kawijakan publik. Dina ayana oge, ngan wungkul semu dina proses ngarumuskeun, ngalaksanakeun, jeung evaluasi pangwangunan. Balukarna henteu cukup ngabantu masarakat. <span style="font-style: italic;">Kagenep</span>, desa ngabogaan kakuatan sumber daya alam nu ngandung ajen luhur pikeun daerah. <span style="font-style: italic;">Katujuh</span>, masarakat desa ngabogaan peran nu kalintang signifikan pikeun masarakat kota, boh hasil sawah, kebon, jeung ingon-ingon.<br /><br />Inajen nu kudu dipimilik dina raraga merenahkeun deui peran desa dina pangwangunan nyaeta ku ngawangun roh kamandirian, insiatif, prakarsa jeung ngaleungitkeun cupat gumantung ka batur. Tangtu ngajawab ieu pasualan, henteu cukup jadi tanggung jawab pamarentah kabupaten hungkul tanpa dirojong ku sakabeh <span style="font-style: italic;">stakeholder</span>, aparat jeung pamarentahan di tingkat desa lainna, tanpa kecuali dina hal ieu pupuhu desa salaku motivator, dinamisator jeung inisiator gumelarna pamarentahan jeung pangwangunan di desa.<br /><br />Ikhtiar nu dilakukeun geusan ngawujudkeun peran desa kasabit, nyaeta ku jalan reorientasi jeung reposisi peran-fungsi kalembagaan desa ti kawit nu dimimitian pamarentah tingkat pusat nu kudu ajeg mihak atas jadi alat masyarakat anu berpihak kana pangabutuh masarakat desa, ngaronjatkeun panghasilan desa, ngembangkeun sumber daya manusa desa, nguatkeun partisipasi masarakat sarta nyadiakeun infrastruktur nu bisa muka jalur masyarakat desa.<br /><br />Pamarentahan desa ngarupakeun gambaran pamarentahan warisan nu khas ti karuhun urang sarerea, salaku amanat nu kudu dimumule kaayaanana, kalumangsunganana, jeung fungsina, nu dipamrih malah-mandar bisa ngarojong tumuwuhna karaharjaan rahayatna. Berdayana desa mangrupakeun prestasi pamarentah daerah, tapi teu berdayana desa jadi gambaran nyata teu mihakna pamarentah daerah. Dumasar kana hal eta, Pamarentah Kabupaten Purwakarta ngaliwatan program pangwangunan: Salapan Lengkah Ngawangun Nagri Raharja, geus nempatkeun peran desa salaku tujuan utama sasaran pangwangunan daerah. Geus wancikna desa jadi puseur pangwangunan daerah. Lengkah nyatana ku nguatan otonomi kultural jeung struktural masarakat padesaan, sarta desentralisasi pangwangunan desa kaasup desentralisasi nangtukeun anggaran perimbangan desa, nu ngagambarkeun sumanget ka'adilan panghasilan desa jeung daerah, atawa ilahar ku istilah gemah ripah, repeh rapih, sugih mukti lemah cai, wibawa karta raharja.<br /><br />Peran jeung fungsi desa di ieu nagri, geus bukti jauh samemeh lahirna Nagara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), komunitas masyarakat nu disebut desa geus lila dijieun jeung ngabogaan peran dina ngajaga katertiban jeung kaajegan kahirupan masyarakat. Masyarakat desa dipercaya salaku dasar nagara, nu icik-kibung sarta mere arah, pondasi, jeung tujuan nagara, nu pamustunganana kagambar dina hiji pondasi kahirupan nagara. Salaku pondasi nagara, desa ngabogaan ajen yen kakuatan Nagara gumantung kana kakuatan desa. Desa kuat, nagara hebat. Ungkapan ieu ngandung harti, yen pamadegan (ideologi), kaayaan sosial, ekonomi jeung budaya hiji Nagara, gumantung pisan kana kkuatan ideolog, sosial, ekonomi jeung budaya masyarakat desa.<br /><br />Desa mangrupakeun hiji kumpulan masyarakat nu ngagem ajen budaya kalayan tingkat kacerdasan kultural nu kalintang luhurna, ajeg dina pamadegan, tigin kana janji, abadi kana pasini. Kacerdasan kutural geus mawa kahirupan masyarakat desa nu sehat boh sacara jasmani oge rohani; alam jeung lingkungan, spiritual jeung sosial nu mawa kahirupan masyarakat desa kebek ku suasana damai, harmonis, saimbang jeung raharja kalayan ukuran nu proporsional. Masyarakat desa tumuwuh kalayan ngagem pakem-pakem budaya nu luhur tapi basajan dina kemasanana. Masyarakat desa teu pati dipusingkeun ku rupa-rupa aturan nu nyangreud sacara hukum, tapi ku ngaliwatan taat kana tatali-paranti jeung pamali, nyata-nyata jauh lewih punjul dina ngatur tata kahirupan masyarakat dibandingkeun jeung aturan-aturan hukum anu loba sanksi jeung ancamanana.<br /><br />Di mimiti zaman dijajah, ieu nagri dugi ka kiwari, desa jadi sumsum kakuatan benteng nagara, dina ngamumule ajen bangsa. Dina wanci kiwari, nu ngajajah bangsa urang, memang henteu sawates ngajajah fisik, tapi oge ngajajah ajen budaya, ideologi, teknologi malahan ngajajah segi sosial sejenna. Geusan nyanghareupan gaya penjajahan jiga kitu, aya hiji kakuatan nu utama nyaeta nguatan kasatiaan kana ideologi pilemburan.<br /><br />Dina widang ekonomi, desa ngabogaan kakuatan ekonomi kultural jeung sagala tatanan nu aya di jerona, nu sifatna henteu sakadar diarahkeun geusan minuhan kabutuhan haliah wungkul, tapi merhatikeun oge daya dukung jeung kasaimbangan alam jeung lingkungan. Ngagunasika (eksploitasi) sumber daya alam dina kahirupan masyarakat desa kalintang dipahing malah dipungpang kaasup dina raraga ngaronjatkeun karaharjaan. Masyarakat desa dina minuhan kabutuhan widang ekonomi, henteu ngan sakadar mikirkeun kahirupan saliwat, tapi kahirupan nu panjang geusan alaeun isuk-pageto anak jeung incuna. Diantarana ngembangkeun pola organik dina tatanen, nuar tangkal di hulu wotan jeung pagunungan, eta kabeh bagian sikep masyarakat desa nu hakekatna mangrupa bukti ajegna masyarakat desa dina ngamumule lumangsungna kahirupan alam jeung manusa.<br /><br />Memang teu ngabibisani ku lumakuna jaman geus ngabalukarkeun tatali paranti karuhun di padesaan, geus kajajah ku cara hirup jeung nilai perkotaan. Ajen inajen nu jiga kieu nu kudu menang perhatian urang sadaya, ulah dugika moro julang ngaleupaskeun peusing, tata nilai perekonomian desa nu diwangun ratusan malah rebuan taun ka kubur ku tata nilai ekonomi perkotaan nu cendeung kapitalis, sarakah, sagawayah malah mopohokeun kasaimbangan alam lingkungan.<br /><br />Dina widang politik, pasualan demokrasi keur masyarakat desa geus lain barang anyar nu di impor ti barat, tapi demokrasi keur masyarakat desa geus jadi tatali paranti nu turun-tumurun ti kauruhun, sabab pamilihan pupuhu desa geus ilahar dipilih sacara langsung malah blak-blakan. Sikep siap eleh jeung siap menang geus jadi jiwa satria masyarakat desa. Dasarna dina budaya tatarucingan, sabab dina tatarucingan mun eleh tara ngambek tapi seuri. Ieu meureun nu disebut seni demokrasi gaya pilemburan. Seni jeung ajen demokrasi pilemburan sejena nyaeta ngutamakeun sumanget duduluran, gotong-royong, jeung ngutamakeun kamaslahatan balarea. Dina interkasi hirup kumbuh masyarakat desa, cara ngajaring calon pamingpina kayalan bener-bener ngagem falsafah, ti rahayat, ku rahayat, jeung keur rahayat kalayan cara milih kepala desa sacara langsung ku masyarakat. Kepala desa nu dipilih sacara langsung diharepkeun salian dipikawanoh, oge mikawanoh ka rahayat nu dipingpinna. Pelatihan kerakyatan leuwih diutamakeun tinimbang pelatihan kapamimpinan. Sabab numutkeun palenggeran jeung ugeran oge, panghade-hadena pamingpin nyaeta pamingpin nu wawuh ka rahayatna, jeung rahayat wawuh ka pemimpina; panghade-hadena pamingpin nyaeta nu mikacinta ka rahayatna, jeung rahayat mikacinta ka pamingpina; panghade-hadena pamingpin nyaeta pamingpin nu ngarasa susah dina kasusah rahayat, ngarasa bungah dina kabungah rahayat, lain bungah dina kasusah rahayat jeung susah dina kabungah rahayat.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Pupuhu Desa dina Wengkuan Pangwangunan Purwakarta</span><br />Dina raraga ngarojong program pangwangunan Kabupaten Purwakarta, pangwangunan desa kudu jadi corong, geusan ngawujudna 9 Lengkah Ngawangun Nagri Raharja nu jadi program pangwangunan daerah jeung pasini sadaya pihak di tingkat kabupaten. Hal ieu dilakukeun geusan ngawujudkeun masyarakat Kabupaten Purwakarta nu weweg dina sagala widang pangwangunan, nu wanoh kana dirina, nyaah ka lemah caina, tur walatra dina karaharjaanana.<br /><br />Pamarentahan desa khususna kepala desa, numutkeun pamadegan pamarentah Kabupaten Purwakarta, kudu bisa nerjemahken konsep, ngawal pelaksanaan pangwangunan, sarta jadi objek sakaligus subjek geusan ngawujudkeun 9 Lengkah Ngawangun Nagri Raharja. Lengkah nyatana, kepala desa jeung pamong-pamong desa lainnya kudu bisa ngawujudkeun kaayaan pamarentahan desa nu kuat, manfaat tur maslahat nu dirojog kalayan kacerdasan administratif jeung kecerdasan kultural. Kacerdasan administratif mangrupa lengkah awal kana kawijakan otonomisasi desa, dimana desa engekna bakal ngemban tugas geuan ngarencanakeun, nglaksanakeunkagiatan pangwangunan sacara mandiri, jalaran kitu diperlukan kacerdasan administratif. Sedengkeun kacerdasan kultural, maksudna kepala desa jeung pamong desa sejena kudu ngabogaan kacerdasan geusan ngigelan kahayang rahayat jeung kahayang alam, supaya rahayat sejahtera dan alam teu kagunasika. Beh dituna, kepala desa jeung pamong desa sejena kudu bia ngajangelek jadi sinatria nu jadi inovator, dinamisator, jeung solutor pasualan nu keur disanghareupan ku rahayatna.<br /><br />Seterusna kepala desa jeung pamong desa sejena, kudu bisa malikeun kondisi masyarakat padesaan nu jadi sumber kakuatan gotong-royong, sabilulungan atawa gemenschaf jeung kuatna ketahanan pangan masyarakat. Diantarana program beas perelek nu dilaksanakeun bakal bisa mulangkeun desa jadi kakuatan gotong-royong, tali mimitraan, duduluran di tengah-tengah hedonitas jeung modernisasi di alam kiwari. Komitmen desa jeung kapamingpinan kepala desa diharepkeun bisa ngigelan kahayang alam, ngajaga sirah cai, ngagunakeun pupuk organik, mageran masyarakat ngajauhkeun cara-cara anu bisa ngagunasika tur ngarusak alam. Kepala desa jeung para pamong-pamong na kudu rajin ngajak masyarakat pikeun melak tangkal, ngajaga lingkungan jeung kasaimbangan ekosistem sejenna.<br /><br /></span></span>Dedi Mulyadihttp://www.blogger.com/profile/12372098011409122347noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4219808605105893859.post-32009200510448470152009-10-14T08:41:00.007+07:002009-10-14T12:38:20.653+07:00Bupati Purwakarta Jenguk Korban Gempa Sumatera Barat<span style="font-family: trebuchet ms;">Bupati Purwakarta, H. Dedi Mulyadi, SH, Selasa siang pukul 14.30 WIB (13/10) menjenguk Ramlan (18), pemuda asal Desa Galudra, Kecamatan Pondoksalam, Purwakarta yang menjadi korban Gempa Sumatera Barat, di Rumah Sakit Efarina Etaham, Bungursari Purwakarta.</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Bupati langsung masuk ke kamar 5 lantai 3 RS tersebut, tempat Ramlan mendapat perawatan. Didampingi Kabag Umum dan Kabag Humas Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Bupati menyampaikan bantuan biaya perawatan sebesar Rp. 5 jt yang diterima oleh pihak keluarga. Menurut Bupati, pihaknya akan membantu proses tindak lanjut penyembuhan Ramlan. "Insya Allah, saya mewakili Pemerintah Daerah akan membantu Ramlan dalam tindak lanjut penyembuhan apabila memang dibutuhkan. Kalau perlu untuk kaki palsu, kita usahakan," tegasnya.</span><br /><br /><a style="font-family: trebuchet ms;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5fb0veJyGV6JgDNfqtSPujKsXiK0csUWefycvrLY7KfmRDn46RvZMfgIhLzaXVxy1L48xxHqSZx6cuN_n5dehYWsioOmUiakakFDE9OpgrFqwJsuj4oVkPRcIWzeSPMgN6uB9lIdmsJE/s1600-h/Etaham+2.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5fb0veJyGV6JgDNfqtSPujKsXiK0csUWefycvrLY7KfmRDn46RvZMfgIhLzaXVxy1L48xxHqSZx6cuN_n5dehYWsioOmUiakakFDE9OpgrFqwJsuj4oVkPRcIWzeSPMgN6uB9lIdmsJE/s320/Etaham+2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5392267899432105650" border="0" /></a><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Sebagaimana diberitakan media nasional, Gempa di Sumatera Barat beberapa waktu lalu telah meluluhlantakkan sebagian Provinsi tersebut. Ramlan yang sedang bekerja pada pembangunan bangunan PT. TELKOM di Padang tertimpa reruntuhan hingga kakinya terjepit. Dengan alasan untuk menyelamatkan diri, Ramlan memotong kakinya sendiri menggunakan gergaji pemotong kayu.</span>Dedi Mulyadihttp://www.blogger.com/profile/12372098011409122347noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4219808605105893859.post-48160925902203256112009-10-13T09:26:00.001+07:002009-10-14T12:42:19.177+07:00Setitik Kisah Hidup "Kang H. Dedi Mulyadi, SH"<a style="font-family: trebuchet ms;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNQJvznJtxOGn7mBQJHig1N6mvNYa5wnfr_V-uf_eIjWYHBFvc77uOqzMIIqy3AcnnNEGM6M7HnfX5xcETHbijaCHvkVR86f4n8DPnwLc544Shkj9jY5SOdJLcu4WX1EULwlvTlufPjSs/s1600-h/Ayah+Bunda.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 200px; height: 134px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNQJvznJtxOGn7mBQJHig1N6mvNYa5wnfr_V-uf_eIjWYHBFvc77uOqzMIIqy3AcnnNEGM6M7HnfX5xcETHbijaCHvkVR86f4n8DPnwLc544Shkj9jY5SOdJLcu4WX1EULwlvTlufPjSs/s200/Ayah+Bunda.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5391905591665712818" border="0" /></a><span style="text-decoration: underline; font-family: trebuchet ms;"><br /></span><span style="font-family: trebuchet ms;">Saya Dedi Mulyadi, dilahirkan dari keluarga sederhana di Kampung Sukadaya, Desa Sukasari, Kabupaten Subang pada tanggal 11 April 1971. Saya adalah anak bungsu dari 9 bersaudara, putra pasangan Sahlin Ahmad Suryana dan Karsiti. Ayah saya adalah seorang pensiunan Tentara Prajurit Kader yang dipensiunkan muda pada usia 28 tahun akibat sakit yang diderita sebagai dampak racun mata-mata kolonial, sementara ibu saya, yang tidak bersekolah, pada waktu mudanya merupakan aktivis Palang Merah Indonesia.</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Saya konon dilahirkan dengan sulit oleh ibu. Butuh 3 hari 3 malam hingga persalinan baru bisa selesai dengan bantuan seorang bidan. Di masa kecil, saya senang sekali bermain perang-perangan dan setiap kali bermain, saya selalu mengambil peran sebagai komandan dengan pangkat Kolonel, sementara teman-teman sebaya diberi pangkat kopral. Masa kanak-kanak saya habiskan dengan menggembala ternak, menyabit rumput dan mengumpukan kayu bakar yang bertahan dari sejak SD sampai tamat SMA.</span><br /><p style="font-family: trebuchet ms;" class="MsoNormal" align="justify"><br />Meskipun pernah tidak naik kelas pada saat duduk di kelas 1, selama menjadi siswa SD, saya selalu menjadi Ketua Kelas dan mendapat ranking pertama pada setiap tahunnya.<br /><br />Jenjang pendidikan SMP saya lalui dengan keprihatinan. Untuk mencapai sekolah saja, jarak yang harus ditempuh setiap hari lebih kurang 20 KM, itu pun ditempuh dengan menggunakan sepeda dengan kondisi yang alakadarnya. Mulai dari sepeda yang dibeli dari hasil jerih payah sendiri seharga Rp 3.500,- hingga sepeda yang berharga Rp 120.000,- dari hasil penjualan kambing yang saya pelihara.<br /><br />Postur tubuh yang kecil, mengakibatkan saya dijuluki si Unyil, namun tidak menjadi hambatan untuk dikenal karena kemampuan saya dalam berpidato, berdakwah dan membaca puisi, serta selalu menjadi juara dalam bidang puisi, dakwah dan pidato.<br /><br />Masa SMA saya lewati dengan keprihatinan pula, bersekolah sambil menjadi tukang juru photo, berjualan layang-layang, menjadi penarik ojek, segala hal yang bisa menghasilkan uang saya lakukan, seperti berjualan es dan agar-agar.<br /><br />Setamat SMA, saya gagal masuk AKABRI dan Secaba TNI AD. Kemudian saya pindah ke Purwakarta dan tinggal bersama kakak yang hidupnya sangat pas-pasan. Kami tinggal di rumah kontrakan yang hampir roboh. Selama 3 tahun saya tidak mengenal kasur, karena saya harus tidur dengan hanya beralaskan lantai.<br /><br />Jenjang pendidikan saya lanjutkan dengan kuliah di STH Purnawarman Purwakarta, sambil berjualan makanan di kantin SMEA Purnawarman serta aktif sebagai Ketua HMI Cabang Purwakarta. Berbagai peristiwa pedih saya alami, sampai saya pernah tidak makan selama tiga hari karena tidak punya uang untuk membeli nasi, karena uangnya habis untuk operasional kegiatan organisasi.<br /><br />Untuk menyelesaikan kuliah dan menyusun skripsi, saya melakukan penelitian, sambil kerja sebagai tenaga kontrak di PT. Indho Bharat Rayon, dengan upah yang hanya Rp 200.000,- Kemudian saya berhenti dan bekerja menjadi tenaga administrasi di PT. Binawan Praduta. Berhenti dari situ saya berjualan beras ke kantin dan pabrik-pabrik yang ada di Kabupaten Purwakarta.<br /><br />Pada Tahun 1999, saya menjadi anggota DPRD Kabupaten Purwakarta dan menjabat sebagai Ketua Komisi E, dan sangat dikenal luas terutama oleh kalangan birokrat, politisi, kalangan muda serta mahasiswa akan kritik dan kemampuan argumentasi. Saya masuk kerja sebagai Anggota DPRD pukul 06.00 pagi dan pulang pukul 18.00 sore. Pada Tahun 2003 nasib mengantarkan saya<span style=""> </span>menjadi Wakil Bupati Purwakarta dan pada Tahun 2008, melalui mekanisme Pilkada langsung, saya dipercaya oleh rakyat Purwakarta menjadi Bupati Purwakarta periode 2008-2013.<br /><br />Demikian sekelumit kisah hidup saya, yang menjadi kenangan serta pengalaman yang sangat berharga bagi saya dalam menjalani kehidupan sebagai pribadi dan pimpinan daerah di Kabupaten Purwakarta.</p>Dedi Mulyadihttp://www.blogger.com/profile/12372098011409122347noreply@blogger.com44tag:blogger.com,1999:blog-4219808605105893859.post-59853865957568406672009-10-02T10:14:00.005+07:002009-10-05T16:23:22.330+07:00<span style="font-family:trebuchet ms;"><strong><span style="font-size:130%;"><span style="color: rgb(51, 51, 255);">SALAPAN LENGKAH NGAWANGUN NAGRI RAHARJA </span></span></strong></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><br />(Sembilan Langkah Membangun Purwakarta Sejahtera)<br />Program Pembangunan Purwakarta 2008-2013</span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><br /></span></span><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><br /></span></span></p><p><span style="" lang="IN"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">Sembilan langkah tersebut merupakan strategi, target, sekaligus pula kerangka kerja pelaksanaan pembangunan Purwakarta Tahun 2008 s/d 2013:</span></span></span></p><ol><li><span style="" lang="IN"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">Pendidikan Gratis Sampai Tingkat SLTA Bagi Masyarakat Miskin.<br /><br /></span></span></span></li><li><span style="" lang="IN"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">Pembebasan Biaya Pembelian Buku Sekolah dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Baca Tulis Al Quran Bagi Siswa TK,SD, SLTP dan SLTA Yang Beragama Islam.<br /><br /></span></span></span></li><li><span style="" lang="IN"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">Pelayanan KTP, Kartu Keluarga dan Akta Kelahiran Gratis Bagi Seluruh Masyarakat Dengan Sistim Pelayanan Di Tingkat Desa dan Kelurahan.<br /><br /></span></span></span></li><li><span style="" lang="IN"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">Pembangunan Puskesmas Rawat Inap Di Seluruh Kecamatan.<br /><br /></span></span></span></li><li><span style="" lang="IN"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">Peningkatan Kesejahteraan Guru dan Pegawai Melalui Insentif Kehadiran, Serta Peningkatan Kesejahteraan Kepala Desa, Aparatur Desa, Bamusdes, LPM, Linmas Hansip, Kadus, RW,</span></span><span style=""><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"> </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">RT, DKM, dan Guru Ngaji Melalui Otonomi Desa dan Kelurahan.<br /><br /></span></span></span></li><li><span style="" lang="IN"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">Pengembangan dan Pelebaran Jalan Hotmix Serta Listrik Sampai Pelosok Perdesaan, Membuat/Mengoptimalkan Jalur Tembus Cikao Bandung-Babakancikao, Kiarapedes-Cibatu, Pasawahan-Cibatu, Pasawahan-Pondoksalam, Pasawahan-Purwakarta, Pondoksalam-Bojong, Wanayasa-Pondoksalam, Bojong-Darangdan, Campaka-Cibatu-Bungurari, Membuka Pintu Tol Sawit, Serta Pelebaran Jalan Sawit-Wanayasa.<br /><br /></span></span></span></li><li><span style="" lang="IN"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">Pengembangan Air Bersih dan Irigasi Perdesaan Secara Menyeluruh Dan Mengoptimalkan Sungai Ciherang Untuk Irigasi Perairan Pondoksalam-Pasawahan, Sungai Cikao Untuk Irigasi Perairan Bojong-Darangdan-Jatiluhur, dan Sungai Cimunjul Untuk Irigasi Perairan Purwakarta-Babakancikao. Pengembangan Irigasi Cilamaya Untuk Pertanian Kiarapedes-Wanayasa-Cibatu-Campaka-Bungursari, Serta Mengoptimalkan Fungsi Bendungan Cirata dan Jatiluhur Untuk Pertanian Masyarakat Maniis, Plered, Tegalwaru, Sukatani, Sukasari, dan Jatiluhur Dengan Pola Integrasi Kehutanan, Pengairan, Perikanan, Pertanian, Peternakan dan Pariwisata.<br /><br /></span></span></span></li><li><span style="" lang="IN"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">Pengembangan Kawasan Terpadu Kecamatan Bungursari, Pengembangan Tata Kota dan Tata Bangunan Yang Beridentitas Purwakarta, Renovasi Bangunan Tua, Pengembangan Halaman Stasion, Penyempurnaan Situ Buleud, Penataan Alun-Alun, Integrasi Bangunan Pemerintah, Serta Pemberian Perlindungan Yang Menyeluruh Terhadap Keberadaan Dan Kualitas Pedagang Serta Pasar Tradisional.<br /><br /></span></span></span></li><li><span style="" lang="IN"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">Pengembangan Investasi Dengan Menyiapkan Tanah Untuk Industri Dengan Sistem Sewa Yang Disiapkan Oleh Pemerintah Daerah.</span></span></span><span style="" lang="IN"><br /></span></li></ol>Dedi Mulyadihttp://www.blogger.com/profile/12372098011409122347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4219808605105893859.post-12524654709305731872009-10-02T09:19:00.009+07:002009-10-02T09:46:26.143+07:00<P align="justify"><FONT face="trebuchet ms"><STRONG><FONT color="#3333ff"><FONT size="4">TUJUH BELAS PRINSIP KAHURIPAN PURWAKARTA</FONT></FONT></STRONG></FONT></P><P align="justify"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"><br /></FONT></FONT></P><P align="justify"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Tujuh Belas Prinsip Kahuripan Purwakarta ini merupakan landasan filosofis dari pemikiran dan penetapan visi dan misi pembangunan Purwakarta. Ketujuh belas prinsip tersebut adalah :</FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"><br /></FONT></FONT></P><OL align="justify"><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Di bidang pendidikan,</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">perlu dilakukannya penguatan nilai-nilai lokal (kearifan lokal, </FONT></FONT><I style="mso-bidi-font-style: normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">local value</FONT></FONT></I><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">), baik yang bersifat geografis, teritorial maupun yang bersifat </FONT></FONT><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">capacity</FONT></FONT></I><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">intelectual</FONT></FONT></I><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">. Hal ini sebagai bagian dari upaya optimalisasi potensi domestik,</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">baik yang bersifat kultur, regional, lokal maupun menciptakan keunggulan personal, yang memiliki kearifan intelektual, emosional dan spiritual. Hal ini dalam perspektif</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">falsafah Islam dinamakan </FONT></FONT><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">al-Insan al-Kamil</FONT></FONT></I><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> atau dalam theologi kesundaan</FONT></FONT><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></I><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">dikenal dengan istilah </FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight:normal"><I style="mso-bidi-font-style: normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">congo nyurup kana puhu, ka luhur sirungan ka handap akaran</FONT></FONT></I></B><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">.<br /><br /></FONT></FONT></I></LI><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Integrasi pendidikan tingkat dasar dan tingkat pertama harus segera dilakukan dalam mendekatkan watak kecerdasan dengan orientasi pada efisiensi pengelolaan biaya pendidikan, tanpa mengabaikan kualitas output pendidikan yang dihasilkan.</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Hal ini sejalan dan sejalin dengan prinsip:</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight:normal"><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">cageur,</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">bageur,</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">bener, pinter, jeung singer</FONT></FONT></I></B><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">.<br /><br /></FONT></FONT></LI><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Integrasi pendidikan kejuruan</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">dan industri dengan membangun</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">simbiosisme-mutualisme, antara dunia pendidikan dengan dunia industri, dengan meningkatkan profesionalisme pendidikan (pendidikan berbasis keahlian), mengurangi beban mata pelajaran yang tidak memiliki relevansi dengan kebutuhan yang dihadapi.</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Prinsip dasar yang terwujud dari sistem ini, lahir anak didik </FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight:normal"><I style="mso-bidi-font-style: normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">nu weruh ka semuna apal ka basana, rancingas rasana, rancage hatena</FONT></FONT></I></B><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">.<br /><br /></FONT></FONT></I></LI><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dengan mempertimbangkan beban kebutuhan masyarakat, khususnya pendidikan tingkat dasar dan pendidikan lanjutan tingkat pertama, perlu diupayakan langkah-langkah</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">untuk tidak mengganti buku pelajaran setiap tahun, dan dibudayakan Gerakan Wakaf Buku. Orientasi dari konsepsi ini adalah terbentuknya karakter anak didik </FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight:normal"><I style="mso-bidi-font-style: normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">nu bisa ngajaga panon ku awasna, ngajaga ceuli ku dengena, ngajaga letah ku ucapna, ngajaga hate ku ikhlasna</FONT></FONT></I></B><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">.<br /><br /></FONT></FONT></LI><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Membangun sinergitas akademisi dan birokrasi, dalam menyusun kerangka dasar pembangunan Kabupaten Purwakarta, dari mulai perencanaan,</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pembangunan, agar kualitas dan kuantitas pembangunan dapat terukur, terencana dan terarah, yang pada akhirnya dapat dicapai kondisi </FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight:normal"><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">subur di lembur, bagja di kota.<br /><br /></FONT></FONT></I></B></LI><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Di bidang ekonomi, optimalisasi potensi ekonomi kerakyatan perlu ditingkatkan, yaitu melalui ketauladanan untuk mencintai berbagai produk rakyat, baik yang sudah tersentuh oleh pemerintah maupun yang belum tersentuh oleh pemerintah, sebagai potensi unggulan daerah.<br /><br /></FONT></FONT></LI><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Perlu ditingkatkannya perlindungan terhadap keutuhan lingkungan baik </FONT></FONT><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">hulu</FONT></FONT></I><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> maupun </FONT></FONT><I style="mso-bidi-font-style: normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">hilir,</FONT></FONT></I><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> dengan menegakan berbagai peraturan ataupun membuat peraturan baru, untuk melindungi berbagai areal yang menjadi kebutuhan publik secara luas. Seperti: perlindungan hutan, perlindungan sumber mata air, perlindungan areal persawahan, dan perlindungan daerah aliran sungai. Hal ini sebagai bagian dalam</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">menjaga ketahanan ekonomi masyarakat dan ketahanan kesehatan masyarakat serta kehidupan sosial lainnya yang merupakan upaya penciptaan simbiosis mutualisme antara manusia dan alam lingkungannya. Dengan prinsip filosofi : </FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight: normal"><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">heug urang teundeun di handeuleum sieum, geusan sampeureun. cag urang tunda di hanjuang siang, geusan alaeun</FONT></FONT></I></B><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">.<br /><br /></FONT></FONT></I></LI><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Penguatan basis pertanian organisme, dengan mewujudkan integrasi potensi pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan pariwisata yang disebut </FONT></FONT><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">gerakan balik ka lembur, </FONT></FONT></I><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">serta membangun kekuatan lumbung pedesaan melalui penguatan jaringan ketahanan pangan desa, sebagai bagian dari menjaga ketahanan pangan masyarakat. Dengan prinsip mewujudkan tatanan ekonomi rakyat, </FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight:normal"><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">bru di juru, bro di panto, ngalayah di tengah imah, rea ketan, rea keton, buncir leuit, loba duit. Di hareup undeureun, di tukang alaeun, di pipir petikeun, di kolong aya si jambrong, na parango aya si jago</FONT></FONT></I></B><I style="mso-bidi-font-style: normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">.<br /><br /></FONT></FONT></I></LI><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Membangun kekuatan teknologi tepat guna, dengan mengembangkan sumber energi alam. Seperti: air, matahari, angin, sampah dan limbah ternak. Sehingga kebutuhan energi masyarakat dapat terlayani dengan biaya murah berdasarkan potensi yang dimiliki oleh alam dan lingkungannya. Hal tersebut guna menghindarkan kita dari situasi : </FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight:normal"><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">kawung mabur carulukna, samak leungiteun pandana, ciamis tinggal paitna, ciherang tinggal kiruhna, resi leungiteun ajina, pandita ilang komara, kaduruk hawa napsuna,</FONT></FONT></I><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">bangkong di kongkorong kujang, ka cai mawa cameti</FONT></FONT></I></B><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">.<br /><br /></FONT></FONT></I></LI><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Mengembangkan jaringan jalan, arsitektur rumah, penataan perkantoran serta sarana dan prasarana lainnya yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">dan berorientasi pada semangat perubahan dan kompetisi global. Sehingga kita tidak kehilangan jatidiri dan orientasi masa depan sebagai masyarakat yang beradab, </FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight:normal"><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Karaton manjing dangiang, Galudra ajeg wiwaha, Jatayu tinemu semu, Sagara bareng jeung seah</FONT></FONT></I></B><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">.</FONT></FONT></I></LI><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Mengembangkan struktur pemerintahan yang efektif, yang berorientasi kepada kepuasan pelayanan publik dan mengembangkan</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">potensi kewirausahaan birokrasi yang berorientasi kemakmuran rakyat. </FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Sehingga, terbangun tatanan birokrasi </FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight:normal"><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">landung kandungan, laer aisan, leuleus jeujeur liat tali, hade congcot, gede bacot, someah hade ka semah</FONT></FONT></I></B><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">.<br /><br /></FONT></FONT></I></LI><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Membangun kekuatan hukum yang memberikan perlindungan menyeluruh terhadap masyarakat dan lingkungannya yang berorientasi pada produk hukum yang cerdas terhadap perubahan dan berkembang sesuai dengan nalar dan lingkungan masyarakat dan alamnya, dengan filosofi : </FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight:normal"><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">ciri sa bumi, cara sa desa,</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">jawadah tutung biritna, lain tepak,</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">sejen igel</FONT></FONT></I></B><I style="mso-bidi-font-style: normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">.<br /><br /></FONT></FONT></I></LI><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Di bidang investasi, perlu dibukanya areal zona industri maupun kawasan industri yang dikuasai oleh pemerintah daerah sebagai bagian dari kemudahan investor, dan simbiosis investasi antara negara dengan pelaku usaha.</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Rancang bangun ini merupakan bagian dalam membangun hubungan perubahan sosialisme-kapitalisme, atau saya sebut dengan istilah </FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight:normal"><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">bumi manjing ka langitna, ti langit seah hujana, lembur subur, kota bagja, masjid jeung diri ngahiji, harta geus ngawujud harti, hukum geus ngawujud adil, nyanding pamingpin ka rakyat, pandita ajeg wiwaha, ucap jeung langkah sarua, pitutur ngawangun subur, ayat ngawujud ka Adam</FONT></FONT></I></B><I style="mso-bidi-font-style: normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">.<br /><br /></FONT></FONT></I></LI><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Di bidang transportasi darat dan air, perlu dioptimalkannya berbagai sarana transportasi darat dan air yang mendekatkan hubungan antar daerah. Hal tersebut didasarkan atas Filosofi Sunda : </FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight:normal"><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">nu jauh urang deukeutkeun, geus deukeut urang layeutkeun, geus layeut urang paheutkeun, geus paheut urang silih wangikeun</FONT></FONT></I></B><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">,</FONT></FONT></I><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> dengan tujuan meningkatkan kualitas kesejahteraan rakyat yang disertai dengan perlindungan hukum terhadap aset masyarakat. </FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Pola hubungan yang dibangun dalam konteks pembangunan sarana transportasi darat adalah pola simbiosis antar pemerintah, masyarakat dan dunia usaha sejak pembangunan sampai pemeliharaan. Dengan prinsip </FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight:normal"><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">sareundeuk sa igel, sa bobot sa pihanean, ka cai jadi sa leuwi, ka darat jadi sa logak</FONT></FONT></I></B><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">.<br /><br /></FONT></FONT></I></LI><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Perlu dibangunnya sarana pelayanan pengobatan masyarakat berupa Puskesmas yang memadai di seluruh kecamatan, untuk mendekatkan fungsi pelayanan pemerintah terhadap masyarakat.</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Pola hubungan yang dibangun adalah pola kemitraan yang terstruktur berdasarkan kualitas ekonomi rakyat</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">untuk membangun dan mengintegrasikan hubungan timbal balik (</FONT></FONT><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">feed-back</FONT></FONT></I><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">) antara ekonomi atas, menengah dan bawah. Prinsip dasar dalam menjaga kesehatan masyarakat yaitu </FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight:normal"><I style="mso-bidi-font-style: normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">pait getih pahang tulang, jauh tinu balai, parek kana rejeki, ginulur karahayuan, ginanjar kawilujengan</FONT></FONT></I></B><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">.<br /><br /></FONT></FONT></I></LI><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Mengembalikan kewibawaan Danau Cirata dan Jatiluhur sebagai sumber kehidupan masyarakat, menjaga kualitas airnya, menjaga kualitas lingkungannya, agar Danau Cirata dan Jatiluhur terjaga dari berbagai bentuk ambisi kepentingan ekonomi, yang pada akhirnya dapat menghancurkan sistem nilai hayati dan nabati yang dimiliki oleh Danau Cirata dan Jatiluhur.</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Karena pada hakikatnya, Danau</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Cirata dan Jatiluhur merupakan cermin watak peradaban masyarakat Jawa Barat khususnya dan Indonesia pada umumnya, keanggunan gunung, kejernihan air harus senantiasa terpelihara sepanjang masa.</FONT></FONT><FONT style="mso-spacerun:yes"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2"> </FONT></FONT></FONT><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Dengan prinsip </FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight:normal"><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">caina herang, laukna beunang, listrikna caang, sawahna ngemplang, nu ulin senang</FONT></FONT></I></B><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">.<br /><br /></FONT></FONT></I></LI><LI><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">Dalam mewujudkan otonomi desa, sudah saatnya desa menjadi sentral pembangunan. Hal ini dilakukan melalui penguatan otonomi kultural dan struktural masyarakat perdesaan, serta desentralisasi pembangunan desa dan desentralisasi pengelolaan anggaran perimbangan desa, yang mencerminkan semangat keadilan, atau </FONT></FONT><B style="mso-bidi-font-weight:normal"><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">gemah ripah, repeh rapih, sugih mukti lemah cai, wibawa karta raharja</FONT></FONT></I></B><I style="mso-bidi-font-style:normal"><FONT face="trebuchet ms"><FONT size="2">.</FONT></FONT></I><FONT size="2"><br /></FONT></LI></OL>Dedi Mulyadihttp://www.blogger.com/profile/12372098011409122347noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4219808605105893859.post-7888069091516044112009-10-02T08:08:00.014+07:002009-10-02T10:06:31.834+07:00<p><strong><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:130%;"><span style="color:#3333ff;">VISI DAN MISI PEMBANGUNAN<br />KANG H. DEDI MULYADI, SH</span></span></span></strong><strong><span style="color:#000000;"><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br /></span></span></span></strong></p><p><strong><span style="color:#000000;"><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br /></span></span></span></strong></p><p><strong><span style="color:#ff0000;"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">VISI</span></span></span></strong></p><p><span><span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">Purwakarta Berkarakter</span></span></span></span></p><p><span><span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"></span><span style="font-size:100%;"><br /></span></span></span></span></p><p><span><span><strong><span style="color:#ff0000;"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">MISI</span></span></span></strong></span></span></p><ol><li><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">Mengembangkan pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal, yang berorientasi pada keunggulan pendidikan, kesehatan, pertanian, industri, perdagangan dan jasa, serta berwawasan lingkungan.</span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"></span><span style="font-size:100%;"><br /></span></span><span><span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"></span><span style="font-size:100%;"><br /></span></span></span></span></li><li><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">Mengembangkan infrastruktur wilayah yang berbasis nilai dan budaya lokal</span></span><span style="mso-spacerun:yes"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"> </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">serta berorientasi pada perubahan dan kompetisi global.</span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"></span><span style="font-size:100%;"><br /></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"></span><span style="font-size:100%;"><br /></span></span></li><li><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">Mengembangkan pemerintahan yang efektif,</span></span><span style="mso-spacerun:yes"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"> </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">yang berorientasi kepada kepuasan pelayanan publik,</span></span><span style="mso-spacerun:yes"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"> </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">potensi kewirausahaan birokrasi dan kemakmuran rakyat.</span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:85%;"><br /></span></span></li></ol>Dedi Mulyadihttp://www.blogger.com/profile/12372098011409122347noreply@blogger.com3