04 January 2013

Dari SMS menjadi Kebijakan


Benar kata pepatah “tak kenal makanya tak sayang”, atau kalau penulis boleh merubah pepatah itu dengan “tak kenal makanya takkan mengerti sikapnya”. Ya, pepatah ini sengaja penulis ganti seperti diatas, sebab ini terkait pengalaman pribadi penulis terhadap seorang bupati kita, kang dedi mulyadi. Pengalaman ini sebenarnya tidak harus dipublikasikan kepada khalayak, sebab tidak begitu penting jika hanya dilihat dari sisi pengalaman pribadi penulis saja, dalam memahami sikap dan karakter bupati kang dedi mulyadi. Tapi menjadi penting diketahui, karena ini menyangkut sikap pribadi bupati dalam menelurkan berbagai kebijakan pemerintah.

Pengalaman penulis ini diawali, saat penulis belum menjadi tim dokumentasi bupati, yakni sebelum akhir tahun 2009, sehingga penulis belum merasa dekat dan belum tahu betul keseharian bupati. Penulis waktu itu, hanya mendapatkan informasi dari teman diskusi seorang dosen sebuah Perguruan Tinggi di Purwakarta, yang menyikapi kecenderungan sikap pribadi bupati yang dianggap negative dan cenderung tidak sopan. Ya, sebenarnya hal sepele dari sikap pribadi bupati, namun memang menjadi cibiran banyak orang karena jabatannya sebagai pejabat public.

Sikap sepele itu adalah bupati, kang haji dedi mulyadi, memiliki kebiasaan sering mengoperasikan Handphone (baca: telepon genggam)-nya disaat acara resmi, atau terkadang saat menerima tamu di kantornya. Menurut dosen teman penulis ini, kebiasaan itu tentu buruk bagi citra bupati, karena dianggap tidak sopan dan tidak menghargai pribadi orang. Dosen memisalkan, jika kita menerima tamu dengan berbagai maksud dan tujuannya, sementara “si empunya” rumah, apalagi ini Bupati, menerima dan mendengarkan maksud dan tujuan tamu itu sambil terkadang mengoperasikan HP miliknya. Ada 2 kesalahan sebenarnya, yang pertama tidak menghargai orang bicara dan yang kedua, sejauhmana bupati akan mengerti maksud orang yang bertamu itu, jika sambil mengoperasikan telepon genggam.

Pernyataan dosen itu, terus merasuki pikiran penulis. Sehingga ini menuntut penulis untuk mencari tahu, kebenaran dari sikap pribadi bupati tersebut. Penulis yang saat itu masih kuliah, berusaha menyempatkan untuk memperhatikan sedetail mungkin gerak-gerik bupati. Berbagai momen kegiatan yang dihadiri bupati menjadi sasaran penulis. Hasilnya, dari berbagai kesempatan penulis memperhatikan sikap bupati, ternyata memang benar, malah ini menjadi pembicaraan hangat ditingkat tataran mahasiswa saat itu. Namun penulis tak serta merta membuat kesimpulan. Ada pertanyaan besar sebenarnya dalam benak penulis. Ya, pertanyaan tentang apa sebenarnya yang menjadi penyebab bupati sering melakukan hal itu. Penulis beranggapan, hal ini ternyata sering dilakukan bupati saat acara yang dihadirinya. Sebuah kejadian yang konsisten dan mungkin terencana dilakukan bupati.

Penulis terus dibayangi rasa penasaran yang sedemikian besar terhadap bupati atas “tingkahnya” itu. Hingga akhirnya sejak penulis menjadi tim dokumentasi bupati, setiap penulis kebetulan ada jadwal bertugas mendokumentasikan acara bupati, perlahan rasa penasaran itu mulai terjawab. Ternyata hampir setiap kali acara, dan acap kali bupati menerima tamu, dirinya selalu tidak lepas dengan telepon genggam sambil mengoperasikannya. Hal itu, sebenarnya tidak hanya ketika acara yang melibatkan orang banyak, atau saat menerima tamu di kantornya, tetapi juga saat dirinya di dalam mobil. Kenyataan itu, penulis ketahui langsung oleh mata penulis sendiri, karena di beberapa kesempatan, penulis sempat satu mobil bersama bupati.

Selain tingkahnya itu, pernyataannya pun terkait kebiasaan banyak orang saat ini, termasuk dirinya, sering menganggap bahwa Handphone sudah menjadi “istri kedua”, hal ini dapat dibuktikan ketika seseorang bangun tidur, yang paling pertama dicari adalah HP-nya. Pernyataan bupati inilah, yang membuat penulis yakin, bahwa bupati sangat bergantung pada Handphone-nya itu. Apalagi, suatu waktu penulis menyaksikan Pengawal Pribadi (WALPRI)-nya, kelimpungan saat mencari 2 HP bupati yang lain ketika acara maulid di kecamatan Bojong. Lagi-lagi penulis tak habis pikir, bupati menggunakan HP hingga tiga unit seperti itu. Lalu, pertanyaan selanjutnya dan merupakan pertanyaan penting adalah, untuk apa bupati melakukan hal itu, mengoperasikan HP saat acara, saat ada orang bertamu dan menyampaikan maksud bertamunya.

Untuk menjawab pertanyaan itu, penulis mencoba mencari tahu kepada seseorang yang cukup kompeten untuk mengurai dan menjelaskannya. Ya, seseorang yang bertugas sebagai operator SMS Center bupati, seorang staf pelaksana di bagian umum yang ditempatkan sebagai staf bupati bidang informasi dan telekomunikasi. Obrolan menarikpun terus muncul dari pengalamannya. Menurutnya, sistem kinerja bupati dan kebijakan-kebijakannya, sebagian besar dipengaruhi oleh SMS yang masuk pada HP pribadinya. SMS tersebut, biasanya dikirimkan warga purwakarta melalui nomor SMS center yang dikelolanya, lalu SMS tersebut dimeja operator, diklasifikasikan pada SMS yang termasuk kritik/saran tentang pembangunan, peristiwa/musibah yang butuh penanganan cepat, atau SMS yang sekedar info dan basa-basi. Kemudian SMS tersebut ada yang diteruskan oleh operator (forward-red) ke nomor HP pribadi milik bupati. Untuk SMS yang lebih bersifat teknis, diteruskan langsung ke Dinas terkait, tergantung isi SMS nya. Lalu selang beberapa menit, biasanya ada balasan SMS dari nomor HP pribadi bupati ke SMS center untuk diteruskan kepada orang yang mengirim SMS. Atau setelah bupati menerima SMS dari SMS Center, kadang juga bupati langsung menelepon nomor HP yang mengirim SMS itu, dan itu tergantung isi pesan yang dikirim, biasanya jika langsung di telepon, berarti info yang sangat mendesak dan butuh penanganan.

Dari sana penulis mulai mendapat gambaran, jadi selama ini sikap bupati yang sering mengoperasikan HP (kebanyakan untuk SMS, tapi sesekali telepon) itu, adalah untuk menindaklanjuti SMS yang masuk ke HP nya yang dikirim lewat SMS Center. Sementara untuk hal yang mendesak, bupati menelpon langsung kepada orang yang mengirim SMS tersebut. Hal inilah yang mungkin memaksa bupati untuk mengoperasikan HP, saat acara berlangsung yang ia hadiri atau saat menerima tamu. Kemudian pertanyaan yang terakhir adalah, sejauh mana bupati dapat memahami antara isi SMS yang dikirim SMS Center ke HP-nya dengan memahami pembicaraan orang saat bertamu di kantornya, sementara kejadian itu persis berbarengan.

Pertanyaan yang satu ini, terjawab langsung oleh penulis, saat penulis sedang asyik mengobrol diruangan staf  bupati dengan operator SMS Center. Dimana saat yang bersamaan, dibalik ruangan yang bersebelahan dengan ruang staf, yaitu ruang rapat, bupati sedang menerima tamu penting dari Investor yang akan berinvestasi di Purwakarta. Saat itu, penulis mendengar, obrolan bupati dengan tamunya itu, sesekali diselingi gelak tawa yang memenuhi hampir diseluruh ruangan, namun pada saat yang bersamaan pula, muncul SMS ke nomor SMS Center, yang berasal dari nomor HP pribadi milik bupati. Ternyata selama mengobrol dengan tamunya itu, bupatipun aktif mengirim SMS menindaklanjuti SMS yang masuk ke SMS Center. Penulis tak bisa menjelaskan bagaimana bupati bisa melakukan itu, otak kiri dan otak kanannya benar-benar digunakan sebaik-baiknya. Saat penulis terheran-heran, operator SMS Center berbisik kepada penulis, ”ini ada yang SMS dari Kepala Desa yang salah satu warganya harus dioperasi bedah, karena tidak memiliki lubang anus”. Penulispun sekejap saja, berusaha memaklumi atas sikap bupati selama ini, termasuk sejak awal penulis penasaran atas sikap bupati mengoperasikan HP saat acara digelar atau saat bupati menerima tamu dikantornya. Ya, perlu dimaklumi, hanya itu yang keluar dari mulut penulis. [soem]

6 comments:

  1. Penulis, sekalian publikasikan SMS CENTRE yang dimaksud.Trims

    ReplyDelete
  2. terimakasih masukannya..
    untuk masyarakat purwakarta yang ingin menyampaikan aspirasi..saran dan informasi peristiwa/musibah/kejadian menyangkut purwakarta..bisa via sms center :
    0812 12 9 777 5 (SMS Center Bupati)
    atau
    0819 12 553 999 (SMS Center SAHATE)

    ReplyDelete
  3. Assalamu'alaikum. Sebelumnya terimakasih telah mewadahi aspirasi kami (masyarakat purwakarta). Kapan ya pembuatan akta gratis lagi? Soalnya saya dengar bakal ada program pembuatan akta gratis lagi. Terus terang pada program pembuatan akta gratis yang lalu informasinya telat (bisa dikatakan tidak sampai kepada kami semua), terutama kepada saya. Mohon kebijakan bupati untuk mengadakan prorgram tersebut, karena ini sangat penting buat kami masyarakat kecil. Sekarang membuat akta begitu mahal jika melalui sidang untuk anak di atas 1 tahun. Terimakasih.

    Yanto
    (085-222-7xx-555)

    *Tadi sudah lewat SMS Center Bupati, Mohon di follow up.

    ReplyDelete
  4. sejak tanggal 15 April 2013 lalu...pemkab melalui Disdukcapil telah membuka pelayanan akte kelahiran gratis...termasuk untuk anak diatas usia 1 tahun, sehubungan uji materi ke Mahkamah Konstitusi oleh seorang warga dikabulkan..
    jadi, bisa dilakukan di disdikcapil tanpa harus sidang di pengadilan negeri..
    terimakasih..

    ReplyDelete
  5. sms centernya masih tiasa kang?

    ReplyDelete
  6. masih kang....mangga 2 nomer na masih aktif. malah ayena mah aya hiji deui nomor indosat. tp eta mah dikelola na ku sekretariat daerah (Setda) bagian Kaharti

    ReplyDelete

Berikan komentar anda disini...