Benar kata pepatah “tak kenal makanya tak sayang”, atau kalau penulis boleh
merubah pepatah itu dengan “tak kenal makanya takkan mengerti sikapnya”. Ya,
pepatah ini sengaja penulis ganti seperti diatas, sebab ini terkait pengalaman
pribadi penulis terhadap seorang bupati kita, kang dedi mulyadi. Pengalaman ini
sebenarnya tidak harus dipublikasikan kepada khalayak, sebab tidak begitu
penting jika hanya dilihat
dari sisi pengalaman pribadi penulis saja, dalam memahami sikap dan karakter bupati kang dedi mulyadi. Tapi
menjadi penting diketahui, karena ini menyangkut sikap pribadi bupati dalam
menelurkan berbagai kebijakan pemerintah.
Pengalaman penulis ini diawali,
saat penulis belum menjadi tim
dokumentasi bupati, yakni sebelum akhir tahun 2009, sehingga penulis belum
merasa dekat dan belum tahu betul keseharian bupati. Penulis waktu itu, hanya mendapatkan informasi
dari teman diskusi seorang dosen sebuah Perguruan Tinggi di Purwakarta, yang
menyikapi kecenderungan sikap pribadi bupati yang dianggap negative dan
cenderung tidak sopan. Ya, sebenarnya hal sepele dari sikap pribadi bupati,
namun memang menjadi cibiran banyak orang karena jabatannya sebagai pejabat
public.
Sikap sepele itu adalah bupati, kang haji dedi mulyadi, memiliki kebiasaan
sering mengoperasikan Handphone (baca: telepon genggam)-nya disaat acara resmi,
atau terkadang saat menerima tamu di kantornya. Menurut dosen teman
penulis ini, kebiasaan itu tentu buruk bagi citra bupati, karena dianggap tidak
sopan dan tidak menghargai pribadi orang. Dosen memisalkan, jika kita menerima
tamu dengan berbagai maksud dan tujuannya, sementara “si empunya” rumah,
apalagi ini Bupati, menerima dan mendengarkan maksud dan tujuan tamu itu sambil
terkadang mengoperasikan HP miliknya. Ada 2 kesalahan sebenarnya, yang pertama
tidak menghargai orang bicara dan yang kedua, sejauhmana bupati akan mengerti
maksud orang yang bertamu itu,
jika sambil mengoperasikan telepon genggam.
Pernyataan dosen itu, terus merasuki pikiran penulis. Sehingga ini menuntut
penulis untuk mencari tahu, kebenaran dari sikap pribadi bupati tersebut. Penulis yang saat itu masih kuliah, berusaha menyempatkan untuk memperhatikan
sedetail mungkin gerak-gerik bupati. Berbagai momen kegiatan yang dihadiri
bupati menjadi sasaran penulis. Hasilnya, dari berbagai kesempatan penulis
memperhatikan sikap bupati, ternyata memang benar, malah ini menjadi
pembicaraan hangat ditingkat tataran mahasiswa saat itu. Namun penulis tak
serta merta membuat kesimpulan. Ada pertanyaan besar sebenarnya dalam benak
penulis. Ya, pertanyaan tentang apa sebenarnya yang menjadi penyebab bupati
sering melakukan hal itu. Penulis beranggapan, hal ini ternyata sering
dilakukan bupati saat acara yang dihadirinya. Sebuah kejadian yang
konsisten dan mungkin terencana dilakukan bupati.
Penulis terus dibayangi rasa penasaran yang sedemikian besar terhadap
bupati atas “tingkahnya” itu. Hingga akhirnya sejak penulis menjadi tim
dokumentasi bupati, setiap penulis kebetulan ada jadwal bertugas mendokumentasikan
acara bupati, perlahan rasa penasaran itu mulai terjawab. Ternyata hampir
setiap kali acara, dan acap kali bupati menerima tamu, dirinya selalu tidak
lepas dengan telepon genggam sambil mengoperasikannya. Hal itu, sebenarnya
tidak hanya ketika acara yang melibatkan orang banyak, atau saat menerima tamu
di kantornya, tetapi juga saat dirinya di dalam mobil. Kenyataan itu, penulis
ketahui langsung oleh mata penulis sendiri, karena di beberapa kesempatan,
penulis sempat satu mobil bersama bupati.
Selain tingkahnya itu, pernyataannya pun terkait kebiasaan banyak orang
saat ini, termasuk dirinya, sering menganggap bahwa Handphone sudah menjadi
“istri kedua”, hal ini dapat dibuktikan ketika seseorang bangun tidur, yang
paling pertama dicari adalah HP-nya. Pernyataan bupati inilah, yang membuat
penulis yakin, bahwa bupati sangat bergantung pada Handphone-nya itu. Apalagi,
suatu waktu penulis menyaksikan Pengawal Pribadi (WALPRI)-nya, kelimpungan saat
mencari 2 HP bupati yang lain ketika acara maulid di kecamatan Bojong.
Lagi-lagi penulis tak habis pikir, bupati menggunakan HP hingga tiga unit
seperti itu. Lalu, pertanyaan selanjutnya dan merupakan pertanyaan penting
adalah, untuk apa bupati melakukan hal itu, mengoperasikan HP saat acara, saat
ada orang bertamu dan menyampaikan maksud bertamunya.
Untuk menjawab pertanyaan itu, penulis mencoba mencari tahu kepada
seseorang yang cukup kompeten untuk mengurai dan menjelaskannya. Ya, seseorang
yang bertugas sebagai operator SMS Center bupati, seorang staf pelaksana di bagian umum yang ditempatkan sebagai staf
bupati bidang informasi dan telekomunikasi. Obrolan menarikpun terus
muncul dari pengalamannya. Menurutnya, sistem kinerja bupati dan
kebijakan-kebijakannya, sebagian besar dipengaruhi oleh SMS yang masuk pada HP
pribadinya. SMS tersebut, biasanya dikirimkan warga purwakarta melalui nomor
SMS center yang dikelolanya, lalu SMS tersebut dimeja
operator, diklasifikasikan pada SMS yang termasuk kritik/saran tentang
pembangunan, peristiwa/musibah yang butuh penanganan cepat, atau SMS yang
sekedar info dan basa-basi. Kemudian SMS tersebut ada yang diteruskan oleh
operator (forward-red) ke nomor HP pribadi milik bupati. Untuk SMS yang lebih bersifat teknis, diteruskan langsung ke Dinas terkait, tergantung isi SMS nya. Lalu selang beberapa menit, biasanya ada
balasan SMS dari nomor HP pribadi bupati ke SMS center untuk diteruskan kepada
orang yang mengirim SMS. Atau setelah bupati menerima SMS dari SMS Center, kadang
juga bupati langsung menelepon nomor HP yang mengirim SMS itu, dan itu
tergantung isi pesan yang dikirim, biasanya jika langsung di telepon, berarti
info yang sangat mendesak dan butuh penanganan.
Dari sana penulis mulai mendapat gambaran, jadi selama ini sikap bupati
yang sering mengoperasikan HP (kebanyakan untuk SMS, tapi sesekali telepon)
itu, adalah untuk menindaklanjuti SMS yang masuk ke HP nya yang dikirim lewat
SMS Center. Sementara untuk hal yang mendesak, bupati menelpon langsung kepada orang
yang mengirim SMS tersebut. Hal inilah yang mungkin memaksa bupati untuk
mengoperasikan HP, saat acara berlangsung yang ia hadiri atau saat menerima
tamu. Kemudian pertanyaan yang terakhir adalah, sejauh mana bupati dapat
memahami antara isi SMS yang dikirim SMS Center ke HP-nya dengan memahami
pembicaraan orang saat bertamu di kantornya, sementara kejadian itu persis
berbarengan.
Pertanyaan yang satu ini, terjawab langsung oleh penulis, saat penulis
sedang asyik mengobrol diruangan staf bupati dengan operator SMS Center. Dimana saat yang bersamaan, dibalik ruangan yang bersebelahan
dengan ruang staf, yaitu ruang rapat, bupati sedang menerima tamu
penting dari Investor yang akan berinvestasi di Purwakarta. Saat itu, penulis
mendengar, obrolan bupati dengan tamunya itu, sesekali diselingi gelak tawa yang
memenuhi hampir diseluruh ruangan, namun pada saat yang bersamaan pula, muncul
SMS ke nomor SMS Center, yang berasal dari nomor HP pribadi milik bupati.
Ternyata selama mengobrol dengan tamunya itu, bupatipun aktif mengirim SMS
menindaklanjuti SMS yang masuk ke SMS Center. Penulis tak bisa menjelaskan
bagaimana bupati bisa melakukan itu, otak kiri dan otak kanannya benar-benar
digunakan sebaik-baiknya. Saat penulis terheran-heran, operator SMS Center
berbisik kepada penulis, ”ini ada yang SMS dari Kepala Desa yang salah satu warganya harus dioperasi bedah,
karena tidak memiliki lubang anus”. Penulispun sekejap saja, berusaha memaklumi
atas sikap bupati selama ini, termasuk sejak awal penulis penasaran atas sikap
bupati mengoperasikan HP saat acara digelar atau saat bupati menerima tamu
dikantornya. Ya, perlu dimaklumi, hanya itu yang keluar dari mulut penulis.
[soem]
Penulis, sekalian publikasikan SMS CENTRE yang dimaksud.Trims
ReplyDeleteterimakasih masukannya..
ReplyDeleteuntuk masyarakat purwakarta yang ingin menyampaikan aspirasi..saran dan informasi peristiwa/musibah/kejadian menyangkut purwakarta..bisa via sms center :
0812 12 9 777 5 (SMS Center Bupati)
atau
0819 12 553 999 (SMS Center SAHATE)
Assalamu'alaikum. Sebelumnya terimakasih telah mewadahi aspirasi kami (masyarakat purwakarta). Kapan ya pembuatan akta gratis lagi? Soalnya saya dengar bakal ada program pembuatan akta gratis lagi. Terus terang pada program pembuatan akta gratis yang lalu informasinya telat (bisa dikatakan tidak sampai kepada kami semua), terutama kepada saya. Mohon kebijakan bupati untuk mengadakan prorgram tersebut, karena ini sangat penting buat kami masyarakat kecil. Sekarang membuat akta begitu mahal jika melalui sidang untuk anak di atas 1 tahun. Terimakasih.
ReplyDeleteYanto
(085-222-7xx-555)
*Tadi sudah lewat SMS Center Bupati, Mohon di follow up.
sejak tanggal 15 April 2013 lalu...pemkab melalui Disdukcapil telah membuka pelayanan akte kelahiran gratis...termasuk untuk anak diatas usia 1 tahun, sehubungan uji materi ke Mahkamah Konstitusi oleh seorang warga dikabulkan..
ReplyDeletejadi, bisa dilakukan di disdikcapil tanpa harus sidang di pengadilan negeri..
terimakasih..
sms centernya masih tiasa kang?
ReplyDeletemasih kang....mangga 2 nomer na masih aktif. malah ayena mah aya hiji deui nomor indosat. tp eta mah dikelola na ku sekretariat daerah (Setda) bagian Kaharti
ReplyDelete